Demikian penggalan kalimat dengan pesan kuat dari Brianna, ibu seorang putra dan istri dari suami difabel yang membuat publik terperangah dengan kisah perjuangannya merawat keluarga kecilnya.
Brianna sepenuh hati menggoreskan kata-kata, bahwa cinta bukanlah hal yang sepatutnya diremehkan. Dan ujian cinta berat bagi Brianna dimulai ketika suaminya, Austin, nyaris tewas.
Namun ternyata, efek jangka panjang minuman penyegar raga itu amat mengejutkan. Kandungan gula dan kafein yang terlalu tinggi di dalamnya membuat Austin mengalami pendarahan otak hingga koma dan harus dirawat di rumah sakit dalam waktu lama.
Sejak Austin dirawat di rumah sakit, Brianna bagai kehilangan separuh hidupnya. Cobaan bagai bertubi, karena kondisi kritis Austin berbarengan dengan kelahiran anak pertama mereka.
Melalui akun Facebook-nya, Brianna berkisah tentang pengalaman dan perjuangannya. Hidup sudah begitu berat ketika Brianna sadar Austin tak bakal bisa menyambut kelahiran putra mereka, karena ia koma dan terbaring terus-menerus di tempat tidur.
"Aku tak akan membohongi siapapun, itu adalah pengalaman yang sangat berat untukku. Aku telah merencanakan bahwa saat kelahiran putra kami, ada Austin di sampingku untuk momen luar biasa ini. Memegang tanganku, memotong tali pusar, dan menyambut anak kami. Namun itu semua mustahil," tulis Brianna.
Dokter menyatakan Austin mengalami pendarahan otak, dan menyimpulkan itu karena kebiasaan buruknya mengonsumsi minuman berenergi.
"Kebiasaan yang sudah ia lakukan sejak bekerja dengan jadwal padat dan dalam waktu lama," ujar Brianna.
Segala macam peralatan, termasuk selang dan tabung, dipasangkan ke tubuh Austin hingga wajahnya sulit dikenali. Austin juga harus menjalani serangkaian operasi agar kondisinya pulih.
Diterpa kesedihan dan kesusahan, Brianna meneguhkan hati untuk menjalankan peran sebaik-baiknya sebagai istri juga calon ibu.
Ia melahirkan bayinya tanpa Austin di sisinya. Malahan, Austin saat itu sama sekali belum sadar dari koma. Dengan kondisi demikian, betapa kecamuk tak juga reda menghantam dada Brianna.
Namun kemudian, keajaiban datang, dan Tuhan menangkap doa Brianna. Austin tiba-tiba siuman dari tidur panjangnya.
Brianna menemui Austin di rumah sakit tepat seminggu setelah ia melahirkan bayi lelakinya. Brianna hendak menyampaikan kabar gembira.
"Aku mengatakan, anak kami sudah lahir ke dunia, dan aku dan bayi kami sangat membutuhkan kehadirannya," kata Brianna.
Brianna seakan diberik kesempatan untuk memiliki hidup baru ketika Austin siuman. Minggu demi minggu berlalu, Brianna berusaha sekuat tenaga mencari pengobatan terbaik demi Austin.
Ia menyadari, setelah ini hidupnya tak akan lagi sama. Sebab kesehatan sang suami menjadi prioritas. Brianna menghabiskan waktu tak hanya untuk merawat bayinya, tapi juga merawat suaminya.
"Aku bangun setiap hari untuk menjaga anak dan suamiku. Aku menyiapkan makanan, mendampingi Austin terapi fisik, terapi bicara, dan semua hal yang membutuhkan terapi. Aku membantunya bersama seorang tenaga medis. Aku membantunya berjalan. Aku membantunya dalam segala aspek kehidupan," tutur Brianna.
Brianna sadar benar, semua upaya tanpa pamrih yang ia lakukan akan membuatnya lelah. Namun ia tak surut dan tetap berniat berjuang sampai titik akhir.
"Dia bukanlah pria yang sama dengan yang telah membuatku jatuh cinta, namun aku masih dan tetap mencintainya setiap hari. Kami berjuang bersama untuk membuatnya pulih, dan membuat hidupnya lebih baik," ujar Brianna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar