
Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis
TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS - Untuk mengenang perjuangan suatu bangsa dalam mengusir para penjajah selalu diabadikan dengan bentuk monumen dan tugu perjuangan.
Sama halnya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Musi Rawas (Mura) dalam mengenang para pejuang kemerdekaan mengusir penjajah belanda dari Bumi Serasan Sekentenan.
Pada tahun 1999 Pemerintah daerah setempat mendirikan Tugu Bakti Pejuang Angkatan 45 yang terletak di Jl Sudirman, Desa Mataram, Kecamatan Tugu Mulyo, Kabupaten Mura sebagai bentuk bukti perjuangan.
Tugu perlawanan itu berdiri kokoh dengan lambang burung garuda diatasnya. Namun sayang kondisinya memprihatinkan dan tidak terurus. Sekeliling tugu setinggi tiga meter itu dipenuhi rumput dan ilalang setinggi lutut.
Kondisi patung disebelah tugu itu bentuknya juga sudah tidak jelas. Kedua tangannya putus dan catnya juga sudah pudar. Diperparah pagar sekeliling tugu itu sudah ambruk.
Tak hanya itu, keberadaan tugu perjuangan itu banyak yang tidak diketahui oleh masyarakat yang melintas. Karena keberadaan tugu perjuangan itu agak menjorok kedalam sekitar 10 meter dari Jl Jendral Sudirman.
Mirisnya lagi ternyata banyak warga setempat yang tidak mengetahui mengenai sejarah dibangunnya tugu perjuangan itu. Bahkan banyak yang mengira kalau tugu itu hanyalah sebuah tugu biasa tanpa cerita sejarahnya.
Menurut Ibu Samad warga setempat mengaku tidak tahu pasti sejarah dibangunnya tugu perjuangan 45 itu. Namun menurut cerita yang ia proleh dari mulut kemulut tujuan pembangunan tugu perjuangan itu untuk mengenang perlawanan masyarakat Tugu Mulyo.
Ia bercerita bila tugu perjuangan itu pernah ingin dibongkar oleh pemerintah. Namun ketika mau dibongkar langsung ditentang oleh masyarakat setempat yang merasa tidak setuju jika tugu itu di bongkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar