Selasa, 28 November 2017

Kisah Juragan 43 Kontrakan yang Kini Hidup Serba Kekurangan di Rusun Rawa Bebek

JAKARTA, KOMPAS.com — Cuaca terasa cukup panas pada saat Kompas.com menyambangi  Rusun Rawa Bebek yang terletak di Jalan Inspeksi Kanal Timur, Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur.

Sebelum berkeliling mengunjungi warga, Kompas.com terlebih dulu menemui petugas sekuriti dan pengelola rusun. Tidak seperti beberapa rusun biasanya yang pernah disambangi Kompas.com, pengamanan di rusun ini terbilang cukup ketat.

Di rusun ini terlebih dahulu Kompas.com diberikan name tag untuk dikalungkan selama berada di rusun. Selain itu, kartu identitas difoto dan KTP ditahan yang nantinya akan dikembalikan pada saat selesai meliput.

Setelah selesai meminta izin meliput, Kompas.com langsung berkeliling rusun. Saat berkeliling, tampak seorang ibu sedang membereskan galon air yang letaknya di kolong tangga Blok D.

Ibu tersebut bernama Sri Ningsih dan diketahui adalah korban gusuran Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara.

Baca juga: Warga Pasar Ikan Jadi Mayoritas Penunggak di Rusun Rawa Bebek

Ibu Sri setiap hari berjualan air galon di Rusun Rawa Bebek.IWAN SUPRIYATNA/KOMPAS.com Ibu Sri setiap hari berjualan air galon di Rusun Rawa Bebek.

Awal mula Sri dan keluarganya digusur

Sri menceritakan, pada 11 April 2016, dirinya sedang berada di kediamannya yang terletak di RT 012 RW 004 Kampung Akuarium. Sri telah mengetahui bahwa permukiman yang ada di bantaran kali sekitar Kampung Akuarium akan digusur. Beberapa alat berat pun sudah berada di sekitar bantaran kali.

Karena kediamannya berada cukup jauh dari bantaran kali, Sri tidak memiliki kekhawatiran rumahnya akan digusur. Namun, setelah meratakan bangunan yang ada di bantaran kali, rupanya alat berat juga menyisir rumah-rumah yang terdapat di dalam Kampung Akuarium.

Sri beserta anak dan suaminya yang pada saat itu belum sempat menyelamatkan harta bendanya, kecuali surat-surat berharga, hanya bisa melihat kediamannya dibongkar dan diratakan alat berat.

"Pak Lurah dan Pak Camat waktu itu bilang yang digusur itu yang di bantaran kali. Saya santai-santai saja, tetapi kok alat-alat berat itu malah menuju ke rumah, saya kaget," ujar Sri sambil mengingat peristiwa itu kepada Kompas.com, Selasa (28/11/2017).

Baca juga: Tunggakan Listrik dan Air di Rusun Rawa Bebek Mencapai Rp 890 Juta

Sri beserta suaminya yang bernama Lalu Yamin dan anak perempuannya bernama Asri Khozizah yang saat itu baru berusia 6 tahun tidak bisa berbuat banyak.

Dari juragan kontrakan, kini Sri beralih jual tabung gas dan air galon isi ulang di Rusun Rawa Bebek.IWAN SUPRIYATNA/KOMPAS.com Dari juragan kontrakan, kini Sri beralih jual tabung gas dan air galon isi ulang di Rusun Rawa Bebek.

Mereka digiring masuk ke mobil truk untuk kemudian dipindahkan ke Rusun Rawa Bebek yang kala itu belum rampung pembangunannya.

"Kami tinggal di rusun yang sama sekali kosong, tidak ada kasur, tidak ada perabotan rumah tangga. Kami mau bawa barang-barang kami pun tidak bisa karena sudah habis dan hancur diratain buldoser," ucapnya.

Sri punya 43 kontrakan di Kampung Akuarium

Selain harta benda di kediamannya yang tak bisa dibawa, Sri hanya bisa meratapi ke-43 kontrakan miliknya yang juga ikut diratakan alat berat.

Bukan perkara mudah bagi Sri untuk memiliki 43 kontrakan. Kontrakan yang dimilikinya tersebut didapatnya dari hasil tabungannya selama berjualan di Blok A Tanah Abang.

"Awalnya punya kontrakan itu tahun 1992, waktu itu baru lima pintu, ukurannya 3 meter persegi. Secara bertahap dari waktu ke waktu akhirnya punya 43 pintu. Setelah itu enggak jualan lagi di Tanah Abang," ucapnya.

Sri dan suaminya lebih memilih mengurus kontrakannya karena dari kontrakan saja mereka bisa meraup Rp 25 juta setiap bulannya.

Baca juga: Warga Rusun Rawa Bebek Keluhkan Kualitas Daging Tak Layak Konsumsi

Namun, hal itu kini hanya menjadi kenangan. Sumber mata pencarian mereka sudah habis diratakan alat berat. Bahkan, Sri mengaku tidak ada ganti rugi yang didapatnya dari penggusuran tersebut.

Sebelum digusur, Sri meminjam uang ke bank yang nilainya mencapai Rp 200 juta untuk merenovasi beberapa kontrakannya menjadi permanen.

Kondisi terkini Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara. Foto diambil Rabu (18/10/2017).Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Kondisi terkini Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara. Foto diambil Rabu (18/10/2017).

Namun, ketika uang pinjaman dan tabungannya habis untuk melakukan renovasi, ke-43 kontrakannya tersebut langsung digusur. Akhirnya, kini Sri masih meninggalkan sejumlah utang di bank.

"Kami sempat drop, abi juga drop, tetapi bagaimana lagi. Kami harus tetap hidup, ada anak yang harus tetap makan," kata Sri.

Sri dan keluarga diminta keluarganya yang berada di Banjarnegara, Jawa Tengah, kembali pulang ke kampung halaman. Namun, Sri dan keluarga lebih memilih bertahan di Rusun Rawa Bebek sambil berharap mendapatkan kepastian ganti rugi terkait gusuran yang dialaminya.

"Saya mau perjuangkan hak saya. Saya mau lihat Kampung Akuarium itu mau dijadikan apa," ucapnya.

Baca juga: Warga Pasar Ikan Diperbolehkan Jualan di Rusun Rawa Bebek

Serba kekurangan

Kini, Sri, suaminya, dan anak perempuannya menyandarkan nasibnya di lantai 3 Blok D Nomor 02 Rusun Rawa Bebek.

Di dalam tempat tinggalnya di rusun, hanya ada selimut untuk alas tidur, beberapa bantal, dan alat memasak. Sri dan suami kerap merasa sedih jika anak perempuannya yang kini duduk di kelas 2 SD meminta dibelikan televisi.

"Biasanya nangis, tetapi saya hibur. Dia kalau nonton di rumah tetangga," kata Sri.

Kondisi unit yang ditempati juragan kontrakan Kampung Akuarium di Rusun Rawa Bebek.IWAN SUPRIYATNA/KOMPAS.com Kondisi unit yang ditempati juragan kontrakan Kampung Akuarium di Rusun Rawa Bebek.

Untuk bertahan hidup, kini mereka berjualan air kemasan galon dan tabung gas 3 kilogram yang modalnya didapatkan dari hasil menjual anting yang masih menempel di telinga Sri dan anak perempuannya.

Baca juga: Januari 2018 Shelter bagi Warga Kampung Akuarium Mulai Dibangun

Dari modal Rp 1,5 juta yang dimilikinya, Sri memulai menjual air kemasan galon dan gas yang kemudian ditawarkan kepada para penghuni rusun. Saat pertama mulai berjualan, untuk menjual lima galon dan tiga tabung gas saja butuh waktu tiga hari. Sekarang Sri sudah bisa mengantongi untung Rp 50.000 dari menjual 30 air kemasan galon dan 20 tabung gas.

Sri berharap anaknya tetap bisa bersekolah dan kejelasan terkait rumahnya yang berada di Kampung Akuarium segera didapat.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search