Senin, 27 November 2017

Kisah Mangku Suardani, Pengungsi Gunung Agung Mengisi Waktu Luangnya dengan Membuat Inka

Laporan Wartawan Tribun Bali, M. Fredey Mercury

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Duduk bersama dengan sejumlah kerabatnya, Mangku Putu Suardani tampak santai sembari menganyam beberapa batang lidi untuk dibuat kerajinan tangan menjadi inka.

Meski berada di posko pengungsian, wanita asal Banjar Pura, Desa Sebudi, Selat, Karangasem ini tetap komitmen untuk menyeselaikan pesanan yang disanggupinya.

Kepada Tribun Bali, Senin (27/11/2017), wanita yang telah merintis usaha pembuatan inka sejak 20 tahun lalu ini mengatakan, kali ini, dirinya sedang menyelesaikan 150 buah pesanan inka dari Karangasem, berjenis inka klunjung.

"Berbeda dengan inka piring yang bentuknya lebih pipih. Inka ini, peruntukannya adalah untuk sembahyang, untuk membawa buah ataupun sesaji," jelasnya.

Pengungsi Gunung Agung
Pengungsi Gunung Agung (Tribun Bali/M. Fredey Mercury)

Mengenai harga inka, kata Mangku Suardani, per satu buah dijual seharga Rp 4 ribu. Proses pembuatannya pun terhitung cukup cepat.

Dalam satu hari saja, dirinya mampu membuat sebanyak 40 buah inka.

Hanya saja, dengan meningkatnya status Gunung Agung saat ini, diakui dia, harga bahan baku cenderung meningkat.

Dari semula harga bahan baku dijual Rp 3 ribu per ikat, kini meningkat seharga Rp. 4 ribu per ikat. Sedangkan dalam satu ikat lidi, hanya bisa dibuat sebanyak satu hingga dua buah inka.

"Tergantung dari besar kecilnya lidi. Jika kecil, terpaksa hanya bisa bikin lepekan," tuturnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search