Salah satu ornamen itu ada di bagian jendela. Sejarawan JJ Rizal menyebut nama ornamen itu adalah heraldik atau pahatan kayu yang berada di atas pintu utama. Heraldik ini menggambarkan ukiran dengan bentuk tertentu sebagai lambang keluarga.
Baca juga: Kemegahan Arsitektur Rumah Cimanggis yang Terancam Digusur
Di Rumah Cimanggis, heraldik berwujud karangan bunga itu tak lapuk. Hanya, warnanya mulai kusam lantaran tak terpelihara. Rizal khawatir, jika pemerintah jadi menggusur Rumah Cimanggis, sebagian sejarah di Kota Depok akan hilang.
"Saya khawatir kalau hal-hal semacam ini hilang lantas kita tak pernah belajar apa pun dari sejarah dan tentunya tak bisa menikmatinya," kata dia saat berbincang dengan detikcom, Selasa (16/1/2018).
![]() |
Memang hingga kini belum ada yang bisa menjelaskan makna heraldik karangan bunga di jendela Rumah Cimanggis. Adolf Heuken pernah menyinggung soal Rumah Cimanggis itu dalam salah satu bukunya tentang tempat-tempat bersejarah di Jakarta.
Rumah itu dibangun pada kurun 1775-1778, saat era Gubernur Jenderal ke-29 Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Petrus Albertus van der Parra. Dia membangun rumah tersebut untuk ditempati istri keduanya, Adrianna Johanna Bake.
Di masa kolonial, rumah itu dikenal dengan nama landhuis Tjimanggis. Bangunannya megah dan mewah layaknya rumah pejabat di masa itu. Pohon besar, pelayan yang banyak, serta taman yang indah. Ada juga tugu seperti lonceng di depan rumah itu yang kini entah ke mana.
Setelah Adrianna Johanna Bake meninggal, rumah itu diserahkan kepada arsitek David J. Smith. Smith melepaskan rumah itu setelah bangkrut dalam berbisnis. Tanah, rumah, dan perkebunan dijual. Rumah itu berganti tangan hingga rusak berat pada 1834 akibat gempa dahsyat. Gempa itu dipicu letusan Gunung Salak.
Rumah yang rusak berat itu kabarnya kemudian diambil alih pemerintah Belanda dan kadang menjadi rumah singgah saat Gubernur Jenderal melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bogor.
Ketua Umum Herritage Depok Community Ratu Farah Diba mengatakan, setelah Rumah Cimanggis berdiri, dibangunlah pasar.
Setelah tak ditinggali Smith, rumah itu menjadi persinggahan (land huizen) bagi orang Belanda yang hendak pergi ke Pasar Cimanggis.
Kala itu jalur perjalanan masih buruk, pembangunan jalan raya pos baru dilakukan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada 1808. Letak rumah itu sendiri menjorok sekitar satu kilometer dari Jalan Raya Bogor. Tempat yang pas untuk mengistirahatkan kuda dan penunggangnya.
"Atau mereka harus berganti kuda dan terus melanjutkan perjalanan. Makanya di belakang rumah itu ada istal kuda tadinya," jelas Farah.
Lihat juga : Jejak Kemegahan Rumah Cimanggis Tinggalan Gubernur VOC Korup
Kini pemerintah Indonesia berencana membangun Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di lokasi Rumah Cimanggis, yang ada di kawasan lapangan pemancar RRI, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Rumah Cimanggis terancam digusur dan sejarah heraldik berukiran karangan bunga itu pun akan hilang. Efrizal, seorang pembaca detikcom dan pencinta bangunan tua, mengatakan Rumah Cimanggis sudah mirip rumah 'Mak Lampir'.
"Sekarang rumah itu mirip rumah Mak Lampir, sudah hancur tak terawat," tutur Efrizal kepada detikcom pada September 2015.
Baca juga: Kisah Belanda Depok dan Rumah 'Mak Lampir' Istri Pejabat VOC yang Terbengkalai(erd/jat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar