REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Faizatus Sa'idah *)
Dalam sebuah drama korea yang berjudul "The Heirs" yang sempat hits di 2013, seorang wanita Korea digambarkan terpaksa bekerja sebagai pramusaji dan terlibat seks tanpa menikah dengan orang bule di Amerika Serikat (AS). Di berbagai drama Korea, sudah lazim penonton disuguhkan para artis berwajah cantik baik laki-laki maupun perempuan. Penonton banyak–baik dalam negeri bahkan sampai Indonesia, Thailand, dan AS-, rating meningkat, drama Korea pun tidak pernah absen setiap hari berselang, tidak sadar dijadikan tuntunan hidup.
Kapitalisasi keji oplas
Seolah tidak peduli bahwa kecantikan itu ternyata hasil operasi plastik (oplas), para pecinta Korea di berbagai negara mengidolakan para artis itu, fans fanatiknya disebut ssaeng. Klaster pekerjaan artis asal Korea selatan ini, sama saja seperti halnya artis di negara kita: model, penyanyi (solo, rapper atau boy/girl-band), aktor dan lain-lain. Hanya saja, memang dari sisi tampilan wajah atau tubuh kentara sekali kesempurnaannya; putih mulus tanpa jerawat dan kurus-tinggi semampai. Semuanya hasil karya oplas yang konon telah membudaya di Korea Selatan.
Budaya oplas yang dimaksud adalah bahwa tidak hanya artis saja yang melakukan oplas di Korea Selatan. Dikutip dari scmp.com, sejak usia 19-20 tahun, remaja beranjak dewasa di Korea Selatan akan melakukan oplas untuk mendapatkan tampilan yang lebih baik di sisa umurnya yang mereka anggap masih lama. Mereka yang tidak melakukan oplas, harus menerima kenyataan bahwa teman sepermainannya akan selalu cantik, sementara dia tetap saja dengan wajahnya yang dulu.
Disebutkan oleh kompas.com bahwa remaja Korea Selatan yang tertarik melakukan oplas meningkat 10 persen tiap tahunnya. Survei yang dilakukan oleh Gallup Korea pada 2015 menyebutkan bahwa 1 dari 3 perempuan di bawah 19 tahun telah melakukan oplas. Salah satu slogan Korea Selatan tentang kecantikan "badan harus S line sementara wajah harus V line" mengilhami para perempuan untuk oplas.
Operasi pengikisan rahang untuk mendapatkan wajah V line adalah salah satu operasi yang populer. Meski rasa sakit yang luar biasa (karena tulang rahang akan sangat dipermak) ditambah dengan harga selangit 5.000-14 ribu dolar AS atau sekitar Rp 65 juta-Rp 182 juta, tidak menciutkan tekad mereka yang ingin mempercantik diri. Tersedia pula paket operasi untuk mempermak seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ujung dengan harga lebih dari Rp 700 juta.
Biaya oplas yang selangit ini, tidak lewat dari celah yang digunakan para pebisnis untuk mendapatkan keuntungan. Kita bisa membayangkan betapa banyak peminat oplas ini; dengan "wajib"-nya oplas di Korea Selatan, ditambah dengan tontonan televisi ataupun media sosial.
Direktur Pusat Hak Wanita Sallim-Kore Selatan, Byun Jeong-hee mengatakan, oplas sudah seperti ketertarikan perempuan terhadap sepatu hak tinggi dan gaun malam. Target pebisnis adalah perempuan yang merasa terhambat mendapatkan pekerjaan dan mahasiswi kelas menengah yang tidak punya uang. Pebisnis ini membujuk perempuan yang akan melakukan oplas dengan mengatakan mereka bisa melunasi biaya oplasnya dengan bekerja paruh waktu.
Mula-mula hanya menyediakan minuman, kemudian pebisnis ini mengatakan, "Hutang Anda masih sejumlah ini, dan ada bunga-nya setiap harinya. Jika Anda melakukan hal ini (prostitusi), maka Anda bisa membayar hutang dengan lebih cepat". Jika sudah sampai titik ini, maka para perempuan terjebak dan tidak bisa melarikan diri. Setelah melakukan prostitusi, akan ada tawaran untuk melakukan oplas lagi, perempuan menambah hutangnya lagi, mendapatkan bayaran prostitusi yang lebih besar, dan terus berputar masalahnya di sana.
Masih dikutip dari scmp.com, Byun memberikan contoh seorang wanita yang meninggalkan Korea Selatan tahun 2012 karena hutangnya. Perempuan itu bertemu dengan seorang broker di bandara Incheon dan selanjutnya dikirim ke Los Angeles. Dengan iming-iming biaya yang besar dan janji kehidupan yang lebih baik broker berhasil membujuk perempuan tersebut. Sayang, setibanya di AS, hidupnya tidak lebih baik.
Mirisnya, fenomena oplas ini juga mulai dilirik artis bahkan perempuan negeri ini yang mungkin bagian dari para penggemar artis korea. Belakangan ada satu influencer dalam negeri yang melakukan oplas hidung, seolah memberi contoh pada generasi muda negeri ini untuk tidak takut oplas. Meski berdarah-darah dan pasti sakit, oplas-nya worth it kok. Sungguh miris, generasi muda negeri ini asal saja ikut trend tanpa tahu apa sebenarnya yang terjadi. Mengerikan.
Islam memuliakan perempuan dari ujung kepala hingga ujung kaki
Di Korea Selatan, sudah lazim diketahui bahwa status sosial perempuan memang sangat rendah, kesenjangan upah sangat tinggi, dan ada stigma sosial yang baik kepada pelacur. Menurut Byun, dikarenakan alasan inilah, banyak wanita Korea yang menjadi korban jaringan perdagangan manusia (termasuk prostitusi).
Di negeri kita, Indonesia, sebenarnya juga mulai ada "pembiasaan" bahwa pelacur adalah pekerjaan. Misalnya dengan mengganti kata pelacur menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini sudah cukup menunjukkan bagaimana pola pikir sebuah negara terhadap perempuan.
"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana," (TQS. at-Taubah [91]: 71)
Dalam Islam, perempuan dan laki-laki tidak pernah dibedakan status sosialnya. Seorang budak perempuan di masa Rasulullah SAW yang didzalimi (dipukul) oleh seseorang, dibela oleh Rasulullah SAW. Ummul Mukminin Aisyah ra menjadi pelajar dan pengajar yang hebat di masanya. Universitas Al-Qarawiyyin di Morroco yang terkenal sebagai Universitas pertama di dunia, didirikan tahun 859 M oleh seorang Muslimah bernama Fathimah Al-Fihri. Bahkan di akhir masa kekhilafahan Islam, pada masa kekhilafahan Utsmaniyyah, saat melakukan penelitian untuk pasukan penerbang negara, muncul nama penerbang perempuan pertama dalam Islam, Belkis Sevket Hanım (1913).
Perempuan dalam Islam tidaklah dilihat dari aspek fisiknya. Tidak ada pendefinisian cantik ala kapitalis hari ini yang membuat perempuan rela sakit (sakit fisik, sakit batin dan sakit dompet), demi sebutan cantik. Tidak ada gelaran putri cantik sejagat yang sebenarnya hanya mengeksploitasi perempuan semata. Meski demikian, perempuan dalam Islam akan selalu bersih menjaga kesehatan fisiknya sebab tuntutan menjaga kebersihan sebagai bentuk keimanan.
Perempuan dalam Islam tidak dilihat dari berdaya-nya ia dalam menghasilkan pundi-pundi uang. Ia tidak dibebankan untuk bekerja. Nafkahnya ditanggung ayahnya ketika ia belum menikah, suaminya ketika ia menikah dan negara jika sudah tidak ada lagi dari kalangan keluarga yang mampu menafkahinya. Meski dalam Islam boleh saja wanita bekerja untuk memberikan support terbaiknya kepada keluarga.
Dalam Islam, perempuan menempati posisi terbaiknya sesuai dengan alasan penciptaannya. Saat posisinya sebagai anak-anak, ia akan menjadi pembuka pintu surga bagi orang tuanya. Ketika ia menjadi istri, ia menyempurnakan setengah dari agama suaminya. Ketika menjadi ibu, surga di bawah telapak kakinya. Perempuan dalam Islam adalah madrasah pertama –terbaik- bagi anak-anaknya, dengan dukungan keluarga, masyarakat dan negara untuk menghasilkan generasi terbaik. Generasi yang akan mengembalikan kembali keberkahan hidup dalam aturan Islam, aturan dari pencipta, Allah SWT.
*) Mahasiswi ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar