Selasa, 03 April 2018

Kisah Mary Bell, Bocah 11 Tahun yang Tega Bunuh 2 Temannya Sendiri

Akhirnya juri menjatuhkan vonis bersalah terhadap gadis kecil tersebut. Meski begitu keputusan ini sempat menjadi rancu karena Mary menunjukan gejala-gejala klasik psikopati.

Meski begitu keputusan hakim sudah bulat karena Mary dianggap sebagai anak yang berbahaya dan bisa menjadi ancaman yang serius bagi anak-anak lain.

Pihak pengadilan menggunakan istilah 'at Her majesty's Pleasure' pada kasus Mery Bell, sebagai istilah hukum di Inggris yang mempunyai kekuatan tertentu untuk tidak memberikan tergugat dapat lolos dari kasusnya. Ia dihukum selama 12 tahun di penjara, meski begitu Mary juga mendapat perawatan dan rehabilitasi di penjara.

Gadis itu kemudian mendapat kemajuan yang lebih baik dalam hidupnya hingga akhirnya dikeluarkan di tahun 1980. Walaupun ia sudah keluar dari jeruji besi penjara, namun Mary tak bisa mendapatkan kebebasannya kembali dengan mudah.

Ia boleh kembali ke masyarakat namun dengan banyak peraturan ketat yang mengekangnya dibandingkan hidup di penjara. Mary Bell dikeluarkan pada usia 23 tahun dan mendapat kesempatan untuk memperoleh kehidupan baru. Nama barunya mampu melindungi gadis itu dari pemberitaan di media. Sayangnya, ia harus hidup berpindah-pindah untuk menghindari kejaran pers yang selalu mencarinya.

Di antara naik turunnya kehidupan barunya, Mary berhasil menikah dan melahirkan anak perempuan di tahun 1984. Selama 14 tahun lamanya, putrinya tak pernah tahu kejahatan apa yang telah dilakukan oleh ibu kandungnya. Sampai akhirnya koran lokal berhasil menemukan nama suami Mary dan berhasil melacaknya.

Penemuan itu, membuat hidup Marry menjadi lebih buruk. Para wartawan mengepung dan berkemah di sekitar rumahnya. Pihak keluarga sampai harus melarikan diri dengan menyembunyikan wajah mereka menggunakan sprei.

Kewenangan yang diberikan pengadilan dan pemerintah Inggris selalu membantu dan melindungi Bell dari tindakan publikasi. Setelah namanya sempat mencuat ke publik, kini ia berlindung di balik alamat rahasia sehingga tak diketahui oleh banyak orang.

Meski begitu, warga Inggris tidak setuju dengan kebijakan pemerintah dan pengadilan yang terus membantunya untuk menyembunyikan diri. Banyak orang merasa bahwa Mary tidak layak untuk mendapat perlindungan. June Richardson juga menyesali keputusan tersebut karena mereka sebagai pihak korban, justru tidak diberikan hak yang sama seperti dengan pembunuh.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Sumudi, sang anak yang marah, gelap mata dan akhirnya membunuhnya di tengah areal persawahan

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search