Alih Bahasa: M. Rezky Agustyananto
Empat puluh tahun yang lalu di sebuah galaksi yang sangat, sangat jauh, Obi-Wan Kenobi punya dua pilihan: terus melawan atau membiarkan Darth Vader membunuhnya. Master Jedi ini tahu bahwa satu-satunya cara agar muridnya yang kian dewasa – Luke Skywalker – untuk kabur dan memimpin Rebel Alliance untuk menghancurkan Death Star, adalah dengan mengangkat senjatanya.
Pada 8 Maret 2017 pukul 22.46 malam, Lionel Messi – sang Master Jedi Barcelona dari luar angkasa – juga menjalani momen Star Wars-nya sendiri. Los Cules masih membutuhkan dua gol di injury time untuk secara luar biasa membalikkan kekalahan 4-0 di leg pertama dari Paris Saint-Germain untuk lolos ke perempat-final Liga Champions – dan mereka baru saja memenangkan penalti. Kebangkitan Barcelona, yang ternama dengan istilah remuntada, harus dipertahankan.
Messi dan Neymar berdiri di dalam kotak penalti. Sang master sudah mencetak gol dari titik putih sebelumnya, tetapi tendangan bebas dari sang murid tiga menit sebelumnya lah yang memberikan asa bagi tim kebanggaan Katalunya ini. "Asalkan ada 1% peluang," kata Neymar sebelum pertandingan, "kami akan menunjukkan 99% keyakinan." Di tengah komentar banal yang beredar saat itu, inilah satu suara yang menunjukkan keyakinan yang sebenarnya.
Mereka punya harapan untuk bangkit karena Neymar, dan Messi mengetahui hal itu. Ini adalah momen yang menentukan. Sebelumnya, Messi tak pernah memberikan tanggung jawab itu kepada orang lain, tetapi nyatalah bahwa penyelesaian akhir Neymar – dan assist-nya yang luar biasa kepada Sergi Roberto, yang mencetak gol penentu beberapa saat kemudian – membuat pemain Argentina ini menyadari bahwa takdir timnya ada di tangan pemain lain; sang murid. Ia pun memberikan tongkat estafetnya – dan itulah yang memang harus ia lakukan.
"Neymar membuktikan dirinya bahwa ia lebih dari sekadar penerus Messi," tulis AS. "Ia tetap yakin ketika orang lain tidak memiliki keyakinan lagi dan menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dihasilkan pemain lain."
Melihat gol-golnya, melihat lawannya, dan melihat betapa sulit situasinya, ini adalah pertandingan terbaik yang pernah saya mainkan di sepanjang hidup saya
- Neymar
"Melihat gol-golnya, melihat lawannya, dan melihat betapa sulit situasinya, ini adalah pertandingan terbaik yang pernah saya mainkan di sepanjang hidup saya," kata Neymar setelah pertandingan, di mana Barça menang 6-5 secara agregat. "Saya sangat menantikan malam ini untuk segera tiba. Tidak ada yang tidak mungkin – seperti apa yang saya katakan pada Anda sebelumnya."
Itu adalah penampilan yang mungkin sudah kita bayangkan akan dihadirkan Neymar sejak kepindahannya pada tahun 2013 dari Santos, tetapi belum pernah benar-benar ia tunjukkan sampai akhirnya Barcelona benar-benar membutuhkannya. Setelah Natal tahun 2016 lalu, ia bisa dibilang adalah pemain terbaik di dunia, dengan memberikan banyak gol, assist, dan menampilkan permainan yang terus menerus membuatnya layak diganjar gelar pemain terbaik.
Revolusi tak berdarah yang terjadi pada malam musim semi itu; yang menjadi awal dari "pemujaan Neymar", seperti yang ditulis oleh salah satu media Spanyol, kini berlanjut di Paris – dan semua ini adalah berkat kerja keras yang dilakukannya sejak kecil di jalanan, roti lapis jam tiga pagi di pantai, minuman kaya protein… dan sebuah lemon yang beruntung.
"Jika kamu kehilangan satu detik, bola bisa hilang"
Ia kemudian pindah berlatih ke jalanan Sao Vicente, di mana jalan-jalan favela yang sempit menjadi tempat di mana Neymar yang sangat kurus mengasah kemampuannya
Jika penampilan Neymar melawan PSG membuktikan satu hal yang pasti, itu adalah bahwa ia memiliki sebuah kualitas yang hanya dimiliki segelintir pemain Barca lainnya – kemampuan untuk mendominasi dalam situasi satu lawan satu. Sementara rekan-rekannya di Blaugrana lebih senang bermain umpan-umpan pendek untuk membuka pertahanan lawan, modus operandi Neymar adalah menghadapi pemain lawan secara langsung – dan ia menguasai kemampuan ini sejak kecil.
Lahir pada Februari 1992 di Mogi das Cruzes, sebuah kota satelit berjarak 40km di timur Sao Paulo, kehidupan Neymar da Silva Santos Junior sudah dibentuk oleh sepakbola sejak masih sangat kecil. Ia tumbuh mengidolakan ayahnya, Neymar Sr., yang merupakan pemain sepakbola profesional untuk beberapa klub menengah di wilayah Sao Paulo.
Ketika ia berusia sembilan tahun, 'Juninho' – keluarganya masih memanggilnya dengan nama ini hingga sekarang – memiliki 54 buah bola di ruangan tempat ia tinggal bersama orang tua dan kakak perempuannya, Rafaela, di rumah kakeknya, dan hanya bisa tidur jika ia berbaring di bagian pojok kasur.
"Ada ruang kecil antara kasur dan lemari baju, dan di ruang kecil ini saya biasa bermain bola," tulisnya di otobiografinya. Terkadang, kakak perempuannya dan sepupunya, Jennifer, juga bermain bersamanya. "Mereka akan bermain sebagai penghalang saya dan terkadang mereka menggunakan seragam sepakbola, jadi saya bisa berpura-pura kalau itu seperti pertandingan sepakbola sebenarnya. Saya bisa berjam-jam mendribel bola melewati mereka, belajar untuk mengontrol bola di ruang sempit – hanya saya melawan mereka."
Ia kemudian pindah berlatih ke jalanan Sao Vicente, di mana jalan-jalan favela yang sempit menjadi tempat di mana Neymar yang sangat kurus mengasah kemampuannya. Kaki kanan-kaki kiri-ulangi.
"Saya bisa bangun tidur dan langsung ingin bermain sepakbola," akunya kepada FourFourTwo dalam perbincangan eksklusif kami. "Setelah sampai di rumah sepulang sekolah, saya akan langsung pergi bermain di luar dan bermain sampai langit gelap. Saya menjalani masa kecil yang sangat bahagia bersama teman-teman saya, dan bermain di jalanan membantu saya – terutama dengan permainan yang cepat dan penuh trik cerdas ala Brasil."
Setelah sampai di rumah sepulang sekolah, saya akan langsung pergi bermain di luar dan bermain sampai langit gelap
- Neymar
Ironisnya, pertama kali Neymar mulai mencuri perhatian publik secara luas adalah ketika ia tidak bermain bola. Itu terjadi pada akhir tahun 1998, dan saat itu ayahnya baru saja gagal mengeksekusi penalti untuk Recanto de la Villa dalam pertandingan melawan Tumiaru. Saat itu, Neymar yang baru berusia enam tahun berlari-lari naik turun tangga stadion dan mencuri perhatian Betinho, seorang pemandu bakat untuk klub-klub futsal lokal.
"Ia berlari dengan begitu mudah – seolah sedang berlari di atas tempat datar – dan kebugarannya, agilitas, dan koordinasi tubuhnya membuat saya terkesan," kenang Betinho, yang kini bekerja untuk Santos. "Saya melihat ayahnya: ia memiliki tubuh yang bagus dan punya kontrol yang bagus. Saya melihat Nadine: ia tinggi dan kurus. Orang tua Neymar memiliki spesimen tubuh biologis yang bagus. Hal ini membuat saya membayangkan seberapa bagus anak ini bisa bermain sepakbola."
Imajinasi Betinho jitu. Neymar memang memiliki sesuatu yang disebut jeito di Brasil – bakat alami yang luar biasa untuk sepakbola. Ia bergerak layaknya sedang berdansa samba, atau melakukan capoeira – seni beladiri Brasil yang mengombinasikan kemampuan bertarung dengan tarian dan musik – dan Betinho pun membawa anak ini ke Portuguesa Santista, sebuah tim amatir lokal yang memiliki kultur futsal yang kuat.
"Salahkan futsal, yang membentuk gaya permainan saya sekarang," kata Neymar sambil tertawa, senyuman terbentuk di wajahnya saat ia mengenang masa kecilnya yang dihabiskan di atas lapangan kecil beralas kayu di mana dia menyempurnakan tekniknya. "Futsal mengembangkan teknik, kemampuan berpikir cepat, dan pergerakan pendek saya. Futsal adalah olahraga yang fundamental bagi seorang pesepakbola. Futsal begitu penting bagi kehidupan saya."
"Ketika Anda bermain, Anda akan dipaksa untuk berpikir cepat dan bergerak lebih cepat lagi – jika Anda terlewat satu detik saja, bola akan hilang dari kaki Anda. Ini adalah permainan yang lebih dinamis, dan di area-area yang sempit dan padat itulah saya bermain di Barca. Anda harus bereaksi lebih cepat di atas lapangan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar