Bangunan rumah kuno peninggalan pada zaman kolonial Belanda masih cukup banyak ditemukan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat kondisinya beberapa masih dalam keadaan utuh dan terpelihara. Bahkan ada rumah yang dulu sempat dijadikan sebagai markas Belanda pada masa Agresi Militer tahun 1947 dan 1948.
Bangunan kuno bergaya arsitektur China-Eropa ini banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Cikoneng dan Kecamatan Sindangkasih (sebelum dimekarkan masih wilayah Cikoneng).
Rumah kuno ini umumnya milik para juragan tembakau dan batik, yang dibangun sekitar 1920 dan 1930an. Bahkan ada rumah kuno yang bertuliskan 1901, diperkirakan bangunan itu telah berdiri pada tahun itu di wilayah Dusun Desa Kolot, Desa Cimari, Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
(Dadang Hermansyah/detikTravel) |
Meskipun sekarang tidak dihuni karena hampir semua pemiliknya merantau ke kota besar seperti Bandung dan Surabaya. Setiap setahun sekali baru diisi saat mudik. Sehingga tidak bisa melihat isi ruangan bangunan tersebut.
"Kondisinya masih dipertahankan seperti itu, tapi ada beberapa yang direnovasi karena sudah lapuk, seperti bagian atapnya," ujarnya saat ditemui di kediamannya yang tidak jauh dari komplek rumah kuno.
Menurutnya, saat ada agresi militer Belanda di tahun 1947, rumah-rumah tersebut dikosongkan oleh pemiliknya yang mengungsi. Saat itu pasukan Belanda menempati rumah-rumah warga sebagai markas komando.
(Dadang Hermansyah/detikTravel) |
Setelah Agresi Militer Belanda itu selesai, pemilik kembali ke rumahnya masing-masing dan menata kembali kehidupan. Karena bangunan dianggap unik dan memiliki karakter, maka ahli warisnya tetap mempertahankan bentuk bangunan.
BACA JUGA:Angkat Batu di Ciamis Ini Mitosnya Bikin Sukses
Sementara itu, bangunan rumah kuno yang masih dipertahankan ada di Desa Wanasigra, Kecamatan Sindangkasih (dulunya Kecamatan Cikoneng), Kabupaten Ciamis. Di lokasi itu, sedikitnya ada tiga bangunan yang berdiri sejak tahun 1930an dengan gaya Eropa-China, namun lebih dominan eropa. Yang juga bangunan ini milik juragan tembakau dan batik.
Sementara ada juga bangunan tua lainnya yang berdiri sebelum kemerdekaan atau tahun 1940an yang jumlahnya mencapai 20 unit.
(Dadang Hermansyah/detikTravel) |
BACA JUGA:Gibran Rakabuming Modif Motornya Jadi Cafe Racer
Nono juga mengungkapkan, pada tahun 2016 sempat ada peneliti yang datang ke wilayahnya, untuk menelisik bangunan kuno, yang menyimpulkan bergaya arsitek Eropa dan China. Terlihat pada kaca depan rumah ini berwarna-warni dan tembok berukuran besar dan memiliki ukiran khas bangunan Eropa.
"Sebetulnya pemiliknya ini ingin mempertahankan bangunan kuno, tapi karena kondisinya lapuk dimakan usia terpaksa direnovasi," pungkasnya.
(rdy/krn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar