Musik dangdut merupakan salah satu budaya Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Musik dangdut memiliki ciri khas menggunakan dentuman tabla --alat musik perkusi India-- dan gendang dengan irama suara Arab pada cengkok dan harmonisasi.
Penggunaan instrumen tabla pada musik ini bukan tanpa alasan. Ini disebabkan pengaruh musik dangdut dari lagu-lagu klasik India yang juga digunakan pada industri film di India, Bollywood, sesuai dengan selera musik orang Indonesia. Musik dangdut saat ini berkembang menjadi musik koplo di daerah pesisir Pantai Utara (Pantura), Jawa Timur.
Berangkat dari popularitas dangdut koplo di kawasan Pantura, sastrawan Tanah Air, Agus Noor ingin mengangkat pentas musik dangdut ke dalam aksi panggung sebagai sebuah cerita.
Mengambil sudut pandang musik dangdut pantura merupakan cermin budaya dan gambaran sosial masyarakat pesisir sebagai dasar cerita, Agus (49 tahun) menuangkan ide kreatifnya dan mengemas kisah berjudul "Princess Pantura".
Bagi Agus, yang juga menjadi sutradara "Princess Pantura", mengakui bahwa mengangkat musik dangdut ke dalam pentas besar adalah obsesi dirinya yang lama terpendam.
"Mengolah lagu-lagu dangdut pantura ke dalam kisah bergaya komedi adalah kerja yang asyik dan menarik, terutama karena saya juga anak pantura, yang tumbuh dengan karakteristik lagu dangdut sejak saya masik kanak-kanak di kampung," ungkap Agus dalam rilis pers yang diterima Beritagar.id (5/4).
Kisah dua biduan dangdut dalam mengejar mimpi
"Princess Pantura" mengisahkan persaingan Sruti dan Silir, dua biduan kampung yang bermimpi ingin terkenal sebagai penyanyi dangdut.
Keduanya --Sruti dan Silir-- terpesona dengan kesuksesan sebagai biduan ternama, sehingga mereka terobsesi menjadi artis yang terlihat gemerlap di bawah sorot lampu panggung dan kamera televisi.
Dengan kemampuan yang dimiliki, Sruti dan Silir melakukan berbagai cara untuk mewujudkan mimpinya. Mereka kerap mengikuti lomba menyanyi dan bersaing dengan para kontestan lain demi memperebutkan kesempatan untuk menjadi terkenal.
Pada satu titik, Sruti dan Silir mendapat tawaran menjadi artis terkenal. Mereka pun terbuai dengan bujuk rayu yang menggoda saat ditawari menjadi artis dalam kampanye Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di Pantura.
Penyanyi dangdut pantura di panggung politik adalah daya pikat untuk mendatangkan massa. Tentu saja, massa yang berkumpul lebih menyukai hiburan para penyanyi dangdut dibandingkan dengan isi pidato juru kampanye atau para politisi yang membosankan.
Layaknya musik dangdut Pantura yang penuh keriangan dan goyangan, lakon ini seakan ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat dan politisi agar tetap santai dan menyenangkan dalam berpolitik dengan terus bergoyang.
Dalam laokn "Princess Pantura", Inayah Wahid berperan sebagai tokoh yang ingin menjadi penyanyi dangdut. Kemudian kelompok Trio GAM menyamar menjadi biduan agar bisa ikut dalam rombongan orkes dangdut. Selain itu, ada pula pemusik dangdut lain, seperti Mucle dan Arie Kriting, yang ingin menjadi bintang dangdut bergaya Raja Dangdut seperti Rhoma Irama.
Rencananya, lakon "Princess Pantura" juga akan diisi oleh JKT48, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Arie Kriting, Trio GAM (Wisben, Joned & Dibyo Primus), Mucle, Tarzan, Inayah Wahid, Silir Pujiwati, Sruti Respati, Daniel Christianto, dan Orkes Melayu Banter Banget.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan "Princess Pantura" dapat mengunjungi Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73, Jakarta, Jumat, 20 April 2018 pada pukul 20.00 WIB, atau Sabtu, 21 April 2018, pada pukul 14.00 WIB dan 20.00 WIB. Tiket dapat dipesan di www.kayan.co.idatauwww.blibli.com, yang tersedia dalam empat kategori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar