Minggu, 10 Juni 2018

Kisah Pengacara Banua Ini Berpuasa di Tanah Suci : Antre Dapatkan Menu Kambing untuk Berbuka

BANJARMASINPOST.CO.ID - Menjalankan ibadah Ramadhan di Tanah Suci bagi umat muslim Tanah Air tentu menjadi pengalaman yang berbeda.

Hal itu pula yang dialami pengacara Kalimantan Selatan, H Bun Yani SH MH.

Tahun 2018 ini atau Ramadhan 1439, Bun Yani memboyong keluarganya 9 orang melaksanakan ibadah umrah.

Saat dihubungi BPost Online, Minggu (10/6/2018), Bun Yani yang masih berada di Tanah Suci menceritakan pengalamannya berpuasa di Tanah Suci.

Baca: Kepergian Shaheer Sheik Dari Pesbukers Diantar Pelukan Zaskia Gotik, Ayu Ting Ting Sempat Geram!

Baca: Terungkap! Ini Identitas Mayat dalam Box, Ternyata Perempuan Muda dari Wilayah Ini

"Yang jelas suasana Ramadhan di Tanah Suci, baik Madinah maupun Makkah, lebih menyenangkan karena ibadah lebih diutamakan dan lebih khusyuk," ujar pengacara senior ini.

Bun Yani dan istri di Masjid Nabawi. Ramadhan 1439 H/2018 M
Bun Yani dan istri di Masjid Nabawi. Ramadhan 1439 H/2018 M (Istimewa)

Diceritakan Bun Yani, di Tanah Suci, dua jam sebelum adzan Magrib jemaah sudah siap duduk bersila di depan sajian berbuka puasa.

Sajian tersebut disediakan dalam talam dan taplak meja panjang.

Perbedaan yang sangat terasa, ucap Bun Yani, jika di Tanah Air saat berbuka merupakan kesempatan berkumpul dengan keluarga untuk bersantap.

"Di Tanah Suci kita berbuka puasa dengan muslim dari berbagai negara, ada dari Eropa, Amerika, Asia, dan Arab sendiri. Kita berbeda tapi seperti keluarga juga," ujar Ketua Peradi Banjarmasin ini.

Bun Yani juga menceritakan momen yang membuatnya terkesan berpuasa di Tanah Suci adalah saat antre mendapatkan sajian menu kambing.

Suasana berbuka puasa di Masjid Nabawi. Ramadhan 1439 H/2018 M
Suasana berbuka puasa di Masjid Nabawi. Ramadhan 1439 H/2018 M (Istimewa)

"Untuk mendapatkan masakan kambing kita harus membawa talam sendiri, antre panjang menjelang berbuka. Terlambat hadir di masjid sudah pasti tidak kebagian jatah kambing," ujarnya.

Pengalaman berkesan lainnya, kata Bun Yani, di Makkah kalau mau shalat di Masjidil Haram, terutama pada malam ganjil Ramadhan, jemaah harus datang minimal 3 jam sebelum waktu magrib, atau datang mulai shalat ashar.

"Jadi kita menunggu waktu magrib pukul 19.01 waktu Arab Saudi, buka puasa di masjid, dilanjutkan shalat magrib. Sambil menunggu waktu isya, diisi dengan tawaf. Usai isya dilanjutkan tarawih 20 rakaat ditambah witir 3 rakaat, selesai pukul 23.30. Istirahat sebentar di masjid, pukul 00.40 shalat malam atau tahajud, kemudian sahur," cerita Bun Yani.

Yang menarik, kata Bun Yani, di Tanah Suci tidak ada tanda imsak seperti di Tanah Air tapi langsung adzan subuh.

"Alhamdulillah saya dan keluarga bisa menjalani itu semua dengan lancar dan ikhlas," ujarnya. (BANJARMASINPOST.co.id/ernawati)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search