Melancong ke negeri orang tentu saja sebuah pengalaman berharga. Begitu pula bagi Dewi. Kesempatan itu juga memberikannya pengalaman untuk menikmati Ramadan di sana.
Sebagai muslim dan berjilbab, pengalaman itu memberinya pelajaran tentang sikap toleransi dan menghargai perbedaan. Dewi yang terbiasa hidup sebagai mayoritas di negeri sendiri, namun dalam satu kesempatan hidupnya, harus merasakan jadi kelompok minoritas di negeri orang.
"Apalagi kalau kita cari-cari restoran terus ketemu restoran halal. Pengalaman ketemu restoran halal aja serasa ketemu sama keluarga baru, senang banget. Ya, meskipun agak berlebihan tapi ya itu yang bisa saya rasakan," ujarnya.
Sejak berada di Shangrila selama dua hari, Dewi traveling sendirian. Teman perjalanannya sudah pulang ke Indonesia karena waktu liburan sudah habis. Pernah suatu waktu dari Lijiang ke Shangrila, dia naik bus selama empat jam. Sesampainya di terminal bus, Dewi tak tahu arah jalan menuju hostel.
"Kemudian saya tanya orang lokal yang kebetulan suami istri baru turun dari bus yang sama. Dia coba bantu dengan menggunakan peta yang saya bawa bahkan sampai bertanya ke orang-orang di terminal. Begitu jemputan mobil mereka datang, saya disuruh masuk mobil dan diantar ke penginapan," tutur Dewi.
Ada juga kisah ketika Dewi mencari makan untuk berbuka puasa. Waktu itu pilihannya adalah restoran halal di Shangrila.
"Saya tunjuk di menu harganya 15 Yuan. Pas bayar yang punya warung bilang 13 Yuan saja, meskipun korting cuma dua Yuan alias sekitar Rp 5 ribuan, rasanya bahagia. Mungkin berkah Ramadan," selorohnya.
Begitu pula saat Dewi menginap di salah satu hostel di kawasan Shangrila. Awalnya, ia memesan hostel dengan kamar dorm alias campur beberapa orang satu kamar. Mengingat kamar tipe dorm hanya Rp 130 ribu per malamnya.
"Pas check in, resepsionisnya tahu saya cewek pakai jilbab. Kamar Ialu di-upgrade jadi private room," tukas Dewi.
Sedangkan untuk menu sahur, Dewi memilih membeli buah-buahan seperti pisang, leci, apel dan buah-buahan lokal. Sebenarnya, pihak hostel menyediakan mie instan, tapi Dewi tak mau memilih mie dengan kemasan cup karena ada wijen di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar