Minggu, 22 Mei 2016 | 15:28 WIB |
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Noval Abuzar selaku aktivis Kepulauan Seribu menyatakan dampak dari reklamasi tersebut bukan hanya dirasakan masyarakat Muara Angke, namun, kini, lingkungan di Kepulauan Seribu pun mulai tercemar.
"Kita juga merasakan degradasi lingkungan, limbah sudah sampai Pulau Rambut. Kalau lihat bulan Januari karena sedimentasinya reklamasi mempengaruhi banyaknya ikan yang mati," kisah Noval saat diskusi film Rayuan Pulau Palsu di kantor Teropong Senayan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (21/5/2016).
Masih menurut Noval, sebelum reklamasi teluk Jakarta terjadi, Kepulauan Seribu sudah terlebih dahulu mengalami reklamasi dengan dampak tiga pulau tenggelam akibat air laut yang makin tinggi. Peristiwa tersebut tentunya sangat merugikan bahkan mengkwatirkan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, ujarnya.
"Di Pulau Seribu sendiri dari tahun 1989 telah dilakukan reklamasi. Ada tiga buah pulau yang tenggelam, yaitu Pulau Ubi, Pulau Damar Kecil dan satu lagi saya lupa," papar Noval,berbagi sharing.
Dalam kesempatan itu, Noval juga sempat menayangkan dari ratusan pulau yang terdapat di Kepulauan Seribu hampir setengahnya sudah dimiliki oleh perseorangan dan bukan milik pemerintah daerah.
Melihat kenyataan demikian, Noval pun bertanya-tanya, bagaimana dengan bunyi Undang-Undang yang menyatakan Tanah,Air,Bumi dan Laut dikuasai oleh Negara untuk kepentingan rakyat. Namun, kini devinisi tersebut berubah menjadi 'tanah,air,bumi dan pulau dikuasai oleh perseorangan. Dalam arti, orang-orang yang punya uang,dan bisa membeli pulau. Pertanyaannya, dibayar kepada siapa?
"Dari 108 pulau yang ditempati hanya 11 pulau yang dihuni oleh warga, 45 pulau milik pribadi dan perseorangan, bahkan sebagian tanah di pulau yang dihuni oleh warga itu sudah milik konglomerat," ujarnya prihatin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar