Di antara ketiganya, Yang Chil Seong merupakan sosok yang paling menonjol karena kabarnya merupakan 'jagoan' di medan perang. Setelah ketiganya wafat pada tahun 1949 dan sempat dimakamkan di TPU Pasir Pogor, Kecamatan Garut Kota, pada tahun 1982 jasad keduanya dipindah ke TMP Tenjolaya, Tarogong Kidul, karena dianggap sebagai pahlawan.
![]() |
Detikcom berbincang dengan Iman Sukiman (35), seorang petugas penjaga TMP Tenjolaya, Jumat (10/11/2017). Iman yang sudah hampir 10 tahun menjaga makam pahlawan menceritakan sedikit pengetahuannya tentang sosok Yang Chil Seong.
"Dia itu jadi dipaksa untuk ikut menjajah Indonesia oleh Jepang. Saat tiba di Indonesia, dia memilih untuk membelot dan bergabung dengan pasukan Indonesia dengan Aoki dan Hasegawa," ungkap Iman kepada detikcom di TMP Tenjolaya, Jumat (10/11/2017).
Bersama kedua temannya, Yang Chil Seong kemudian bergabung dengan pasukan pimpinan Pangeran Papak di Garut. Ketiganya sukses membuat Jepang kesulitan melawan pasuan Indonesia di Garut.
"Yang Chil Seong adalah ahli merakit bom, sedangkan Aoki dan Hasegawa merupakan ahli dalam strategi perang. Ketiganya memiliki pangkat tertinggi di militer mereka," katanya.
Ketiganya juga memiliki peran penting dalam pemberontakan pada Belanda pasca kemerdekaan Indonesia. Iman menyebut, berdasarkan data yang ia punya, Yang Chil Seong dikabarkan pernah melindungi warga Garut dengan cara meledakkan jembatan Sungai Cimanuk agar Belanda tidak bisa masuk ke Garut.
"Makannya sejak tahun 1946 yang dicari-cari Belanda di Garut adalah tiga orang ini," katanya.
![]() |
Perjalanan mereka akhirnya terhenti pada tahun 1949. Saat itu, Belanda telah berhasil masuk ke Garut dan menemukan jejak ketiganya. Mereka akhirnya berhasil ditangkap Belanda dan dieksekusi mati di Kerkof, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Sarana Olahraga (SOR) Merdeka, Tarogong Kidul.
"Sebelum meninggal, mereka sudah masuk Islam dulu. Mereka diislamkan oleh Pangeran Papak. Nama Yang Chil Seong berubah menjadi Komarudin, Aoki menjadi Usman dan Hasegawa menjadi Abu Bakar," tuturnya.
Kisah Yang Chil Seong dan dua rekannya ini banyak mendapat perhatian. Iman mengatakan, kisah Yang Chil Seong ini dibukukan oleh seorang profesor asal Korea yang melakukan riset dalam kurun waktu 2003-2015.
"Saya lupa namanya. Saya dikasih lihat (buku) itu tahun 2015. Bukunya ada sekitar 1.500 halaman, yang dikasih ke saya cuman 3 lembar ini saja, karena mungkin rahasia," ungkap Iman sambil menunjukkan potongan kertas tersebut.
"Isinya ada peta dan foto Aoki, Hasegawa dan Tanagawa yang dikelilingi bahasa Jepang," katanya.
Iman juga menambahkan, hingga saat ini makam ketiganya masih sering dikunjungi oleh pihak keluarga asal Korea dan Jepang. "Anak sekolah, dan kuliahan juga dari luar negeri sering datang ke sini," pungkasnya.
(avi/avi)
Thanks infonya, sangat bermanfaat dan menambah wawasan. Apa ada buku referensi yang dipakai? Kalo ada boleh minta dicantumin? Thanks
BalasHapus