Minggu, 24 Juli 2016

Kisah Edy Triyanto, Pria Blitar yang Jadi Kepala Koki di Restoran Darwin

Jakarta - Restoran Tim's Surf and Turf yang cukup ternama berdiri di pusat Kota Darwin. Nama head chef alias kepala koki yang dituliskan dalam papan nama restoran itu begitu kental dengan nuansa khas Jawa.

Untuk menjawab rasa penasaran, kami masuk ke restoran tersebut. Menu andalan di restoran ini adalah steak dan aneka ragam menu olahan dari daging buaya.

Namun bukan hanya menunya yang menarik perhatian, tulisan di papan nama restoran yang mencantumkan nama 'Edy Triyanto' sebagai head chef menjadi perhatian tersendiri.

Saat pertama masuk ke restoran tersebut, kami tidak menemukan sosok pria Jawa. Hanya waitress dan kasir yang semua berwajah 'bule' yang kami lihat.

Setelah memesan beberapa makanan, bertanyalah kami kepada petugas restoran untuk mengetahui sosok bernama Edy Triyanto yang menjadi head chef di tempat itu. Petugas restoran itu kemudian memanggil orang yang kami cari.

Sesaat kemudian, dari dapur keluarlah sesosok pria bertubuh kecil. Pria berkulit sawo matang itu kemudian menghampiri kami sambil memperkenalkan diri. Dugaan kami tepat, Edy Triyanto adalah orang asli Jawa. Tapi siapa nyana, orang yang belakangan kami tahu berasal dari Blitar, Jawa Timur, itu menjabat sebagai head chef di restoran ternama di Darwin.

"Saya jadi head chef sejak tahun 2008, tapi bekerja di restoran ini sejak tahun 2005," kata Edy saat ditemui detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International pada Mei 2016.

Edy begitu ramah, meskipun sedang sibuk melayani para pembeli, dia tetap menyempatkan diri untuk menjawab semua rasa penasaran kami. Edy kemudian berbagi cerita mengenai prosesnya hingga bisa menduduki posisi head chef.

Tidak mudah bagi Edy untuk bisa mendapatkan posisi sebagai head chef. Dia memulai karier di bidang kuliner sebagai seorang pencuci piring.

"Pertama kali kerja di sini ya jadi tukang cuci piring dan bersih-bersih, saat itu saya sekaligus kuliah di Charles Darwin University di bidang hospitality," jelas Edy.

Proses panjang pun harus dilalui pria yang kini berusia 38 tahun itu. Butuh waktu lama baginya untuk bisa mendapat izin memasak. Sebagian kariernya di restoran tersebut dihabiskan sebagai tukang potong sayur dan menyiapkan kebutuhan juru masak.

Di sela-sela bekerjanya saat itu, Edy juga belajar memasak dari head chef. Selain itu, Edy juga menuntut ilmu di bidang hospitality, di mana dia juga belajar memasak.

Waktu yang ditunggu pun tiba, saat dia mendapatkan kepercayaan dan izin untuk memasak. Kepercayaan itu tidak disia-siakan Edy.

"Ya awalnya cuma boleh bikin salad. Kadang saya masuk di saat libur dan rela tidak dibayar, yang penting saya boleh belajar. Terus akhirnya saya benar-benar boleh memasak," ungkapnya.

Edy Triyanto, pria Blitar yang jadi kepala koki di Restoran Darwin (Foto: Ikhwanul Khabibi/detikcom)

Beberapa tahun Edy menjadi juru masak, berbagai menu mampu dia buat. Dia pun menjadi salah satu orang kepercayaan pemilik restoran.

Suatu hari pada tahun 2008, head chef di restoran tempat Edy bekerja mengundurkan diri. Pemilik restoran pun tanpa pikir panjang menunjuk Edy sebagai head chef. Namanya pun langsung dipajang di papan nama restoran.

"Sejak 2008 itu nama saya sudah ditulis di depan sebagai head chef. Sampai sekarang saya punya tiga juru masak," tuturnya.

Mempunya tiga anak buah, bagi Edy ada keuntungan dan kelemahannya. Keuntungannya karena dia bisa belajar dari anak buahnya yang berasal dari negara lain, sehingga pasti memiliki pengetahuan baru soal masakan. Sedangkan kelemahan yang awalnya harus dia hadapi adalah kendala bahasa.

Kini, sudah 8 tahun Edy menjadi head chef. Dia mulai bekerja pukul 17.00-22.00. Restorannya memang hanya buka pada jam makan malam.

Restoran tempat Edy/ Habibi detikcom

(kha/nwk)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search