Jumat, 08 Juli 2016

Kisah Tyas Berlebaran di Hutan, Tiga Jam Berjalan Demi Ketupat Opor

Siswaningtyas saat bertugas di Baduy Dalam, Jawa Barat. Dok. Pribadi

TEMPO.CO, Jakarta -  Pengalaman lebaran di tengah rimba begitu membekas di ingatan Siswaningtyas Tri Nugraheni. Meski sudah berselang empat tahun lalu, ia masih ingat betul semarak Idul Fitri di hutan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi.

Tyas -- sapaan Siswaningtyas -- memang harus melewatkan lebaran di tengah hutan lantaran profesinya. Ia adalah aktivis lingkungan di Komunitas Konservasi Indonesia Warsi sejak 2008. Tugasnya memberdayakan penduduk asli di sekitar kawasan taman nasional untuk merawat lingkungan mereka.

Pada malam takbiran, ia hanya ditemani temaram lampu teplok di sesudungon -- pondok milik orang rimba. Suasana, kata Tyas -- sapaan Siswaningtyas -- begitu sepi. Hanya derit pepohonan, siulan burung hantu, dan suara beruang hutan yang terdengar. "Tapi suasana malam takbiran berubah saat Idul Fitri pagi harinya," ujar perempuan 34 tahun itu pada Selasa pekan lalu.

Puluhan anak rimba datang menghampiri sesudungon Tyas. Karena tak mungkin menemukan salat id di tengah hutan, Tyas bersama anak rimba bergegas pergi ke sungai. Mereka menyuluh ikan -- istilah lokal mencari ikan berbekal kulit kayu yang dianyam membentuk jerat.

Tangkapan mereka berupa belasan ikan Seluang dan Baung lalu dibawa ke pondok untuk direbus. Ditemani nasi pulen, ubi rebus, dan sambal, mereka menyantap menu Lebaran itu. "Meski tak ada Ketupat opor, tetapi saya bisa menciptakan sendiri suasana Lebaran yang hangat," ia bercerita, lalu terbahak.

Ketupat opor baru ditemukan Tyas saat ia berkunjung ke Desa Bukit Suban. Desa itu adalah desa transmigrasi terdekat yang berjarak tiga jam ditempuh dengan berjalan kaki. Mayoritas penduduk desa adalah orang Melayu. "Selain Ketupat opor, saya disuguhi kue nastar," ia menjelaskan.

Tahun ini Tyas menikmati kehangatan suasana Idul Fitri bersama famili di Jepara. "Lebaran bersama keluarga maupun orang rimba sama-sama hangat dan nikmat," tuturnya.

RAYMUNDUS RIKANG

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search