Minggu, 12 Februari 2017

Kisah pasutri lansia bertahan hidup pasca benca di Jembrana

Merdeka.com - Bencana banjir bandang yang melanda wilayah Kabupaten Jembrana, tidak membuat Made Suangga (70) dan istrinya Nyoman Narsih (60) bergeser dari gubuk reyotnya.

Lansia yang tinggal di Banjar Rangdu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, ini memilih bertahan lantaran gubuknya masih dirasa aman dari bahaya banjir.

Ditemui di gubuknya, Nyoman Narsih mengaku rumah gubuknya itu sudah nyaris roboh sejak setahun belakangan ini lantaran tidak memiliki uang untuk memperbaikinya.

"Gubuk kami memang sudah sangat lama dan sudah lapuk. Kami tidak mampu memperbaiki. Hanya ini yang kami punya, kami pilih bertahan," katanya.

Di tengah kekurangan yang dialami, mereka masih mengasuh dua cucunya. Mereka dititipi dua cucunya karena orang tuanya atau anak pertama Dadong Narsih bekerja jadi buruh di Denpasar.

Sang kakek kini dalam kondisi sakit-sakitan sehingga tumpuan hidup pada si nenek yang bekerja mencari kayu bakar dan kadang mengupas kelapa dengan upah tidak menentu sesuai kemampuan mengupas kelapa.

Rata-rata Ia mendapatkan penghasilan Rp 30 ribu sehari dan itu juga tidak cukup membiayai hidup sehari-hari bersama dua cucunya.

"Kami mencoba bertahan semoga saja tidak semakin roboh. Entahlah, jika roboh dimana kami tinggal bersama cucu," katanya.

Terkait kondisi warga Jembrana tersebut, Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dikonfirmasi wartawan mengatakan akan mengecek informasi tersebut. [hrs]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search