
Film drama musikal Ini Kisah Tiga Dara (SA Films dan Kalyana Shira Films) sudah tayang di bioskop sejak 1 September 2016. Di antara sejumlah pemain yang menyanyi dan menari dalam film arahan Nia Dinata itu, terselip sosok Tatyana Akman, pendatang baru yang mengaku lututnya sampai gemetar saat mengikuti proses audisi.
Padahal saat itu ia hanya harus menyanyikan "Bengawan Solo" di depan dua orang: casting director dan pacarnya sendiri. Sekilas terasa enteng, tapi tidak bagi perempuan berumur 22 tahun ini. Menyanyi dengan baik di depan orang lain merupakan hal yang sangat asing dilakukannya.
Mengawali karier sebagai model, lantas sempat menjadi bintang videoklip kelompok GAC dalam lagu "Cinta", pemilik tinggi badan 175 sentimeter itu menemukan wahana bermain baru idamannya dalam dunia akting.
Terpilih memerankan salah satu karyawan di galeri milik Cinta (diperankan Dian Sastrowardoyo) dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) adalah penampilan perdananya di ranah film. Selepas itu ia semakin tercantol bermain film.
Berbekal kepercayaan diri dan keinginan menjajal hal baru dalam hidup, Tat --panggilan akrabnya-- meneruskan petualangan dengan mengikuti audisi Ini Kisah Tiga Dara.
Tidak dinyana langkahnya mulus hingga fase 10 besar yang mengharuskan para peserta dikarantina dalam satu hotel. Pada fase tersebut, lagi-lagi Tat tidak memasang ekspektasi tinggi selain menggali pengalaman sebanyak mungkin.
Satu hal yang mengusik kami, adalah pernyataannya tentang betapa ia sangat menghindari sesi wawancara dengan media.
Pasalnya Tat emoh kalau harus menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang dalam berbagai kesempatan. "Seperti apa misalnya?" tanya kami. "Ya pertanyaan tipikal macam, 'Bagaimana perasaan kamu,' dan bla la bla," ujarnya terkekeh kepada Beritagar.id saat ditemui di kantor Kalyana Shira di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Selasa (23/8) siang.
Begitulah Tat. Jujur apa adanya alias ceplas-ceplos. Salah satu sifat yang kemudian membawanya dipilih Nia untuk memerankan Bebe. "Dia itu enggak fake. Jadi kalau dia suka atau tidak suka terhadap sesuatu akan langsung terlihat."
Tokoh Bebe dalam proyek yang terinspirasi film Tiga Dara (1956) arahan Usmar Ismail adalah bungsu dari tiga bersaudari yang juga terdiri dari Gendis (diperankan Shanty Paredes) dan Ella (Tara Basro). Sifatnya manja, periang, selalu berpikiran positif terhadap kejadian apa pun yang menimpa, dan terkadang suka usil.
Sifat-sifat tersebut ternyata telah dimiliki oleh Tat. "Hanya saja selama ini terpendam karena kalah dengan sifat dominanku yang cenderung enggak santai menjalani hidup kalau sudah dapat pengalaman buruk," ungkapnya lirih.
Tempo sekitar 60 menit yang dihabiskan Andi Baso Djaya, Muhammad Imaduddin, dan Andreas Yemmy dari Beritagar.id bersama pemilik rambut keriting sebahu ini seolah berjalan sangat singkat.
Sosoknya ceria dan tanpa sungkan balik bertanya membuat sesi wawancara berlangsung seolah mengobrol dengan kawan lama yang baru bertemu. Contohnya saat ia sekonyong-konyong bertanya pendapat kami tentang aktingnya sebagai Bebe.
Kami yang telah menyaksikan Ini Kisah Tiga Dara pada sesi press screening (19/8) memberinya dua jempol. Seketika itu juga senyum di bibirnya mengembang lebar laksana pelangi yang melingkar dari ufuk barat ke timur.
Boleh saja ia mengaku tidak terlalu suka menjalani sesi wawancara, tapi pertemuan siang itu jadi bukti bahwa keturunan Sunda-Batak ini sangat menyenangkan untuk diajak wawancara. Berikut petikannya.

Apa bagian menyenangkan dari pembuatan film?
Pengalaman untuk bisa mencoba jadi orang lain, kehidupan lain, dan hubungan lain yang ada dalam tokoh yang saya perankan. Itu seru dan menyenangkan. Hal lain yang bikin saya suka juga dengan bidang ini adalah cara kerja orang-orangnya. Semua gotong royong untuk tujuan yang sama. Itu berharga banget.
Katanya paling benci dengan wawancara, padahal sesi seperti ini akan banyak menanti ke depan. Bagaimana cara berdamai dengan itu?
Jalanin saja sih. Karena belum tentu semua orang sudah tahu cerita saya. Jadi anggap saja saya baru pertama kali mengatakannya meskipun sebenarnya sudah berulang-ulang.
Saya juga masih mempelajari bagaimana caranya membicarakan hal yang sama berulang-ulang tapi tetap merasa gembira layaknya itu baru pertama kali terucap.
Sama dengan bagaimana caranya menerangkan apa yang ada di dalam kepala menjadi kalimat agar mudah dimengerti banyak orang. Itu hal paling menantang buat saya ke depan. Soalnya saya itu kurang jago bersosialisasi dan berkomunikasi.
Oke. Ceritakan sedikit bagaimana awal mula terlibat dalam Ini Kisah Tiga Dara?
Saya sejak awal bilang ke manajer sangat suka dunia akting dan ingin mencoba jika ada audisi. Akhirnya dikabari tentang proyek ini. Saya datang ikut casting ke kantornya Kalyana Shira sekitar November 2015. Pas ikutan casting disuruh menyanyikan lagu "Bengawan Solo", itu pengalaman pertamaku menyanyi di depan orang lain.
Memangnya tidak pernah karaoke bareng teman-teman?
Pernah sih. Tapi kalau karaoke itu biasanya saya cenderung main-main menyanyinya. Suara suka sengaja dibuat fals. Ha-ha-ha.
Lanjut...
Nah, audisi itu tetap saya jalani karena memang bertekad ingin melakukan sesuatu yang lain. Lagi pula sebenarnya saya sudah lama ingin menyanyi, hanya saja belum pernah ada jalan dan kesempatan. Akhirnya ikut audisi film ini dengan tanpa membawa ekspektasi apa-apa.
Waktu audisi itu saya sangat gugup. Suara sampai gemetaran bukan karena vibra. Ha-ha-ha. Padahal waktu itu hanya ada tiga orang lho; saya dan pacar yang menemani, juga casting directior dari Kalyana.
Berselang sebulan kemudian saya dihubungi lolos tahap 10 besar. Padahal waktu itu saya sudah hampir lupa pernah ikutan audisi Ini Kisah Tiga Dara.
Masuk karantina juga saya tetap nothing to lose sambil berusaha mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Sampai akhirnya tanpa saya duga bisa terpilih.
Bagaimana reaksi keluarga dan pacar saat diumumkan terpilih sebagai pemeran Bebe?
Mereka ikut senang dan bangga sih. Tapi enggak yang heboh banget menangis tersedu-sedu dan saling berpelukan seperti reaksi saya bersama teman-teman finalis audisi yang lain waktu diumumkan terpilih.
Soalnya keluarga saya itu bukan tipikal yang heboh banget dalam menanggapi sesuatu. Tetap ada semacam selebrasi, tapi enggak yang berlebihan gitu. Sementara pacar, karena sejak awal mendukung bahkan ikut menemani saat pertama casting, dia juga ikutan senang.
Orang-orang yang bermain dalam Ini Kisah Tiga Dara telah lebih dahulu berkecimpung di dunia seni peran, merasa terintimidasi atau malah antusias?
Pastinya sih antusias. Ini mungkin klise, tapi jujur saya ingin belajar pada mereka semua. Karena pasti ada insight yang bisa saya dapatkan, misalnya kenapa mereka bisa ada di posisi mereka sekarang.
Dan saya penasaran ingin mengetahui dan menggali itu dari mereka. Cuma karena bingung mau menanyakan apa, saya pada akhirnya hanya memerhatikan saja. Ha-ha-ha.
Apa yang menarik dari tokoh Bebe sehingga kamu tertantang untuk memerankannya?
Ternyata karakter Bebe ada dalam diri saya yang asli. Hanya saja selama ini tidak pernah tampak karena selalu kalah dominan dengan karakterku yang lain yang justru bertolak belakang dengan karakternya Bebe.
Memunculkan karakter itu dan membuatnya dominan menurut saya sih sangat seru. Begitu tahu karakter Bebe seperti itu, saya jadi mulai sedikit ambisius. Tidak bisa tidak, Bebe memang paling cocok kalau saya yang memerankan. Ha-ha-ha.
Lantas seperti apa karakter Bebe?
Dia sosok perempuan yang free spirited, melihat hidup ini semuanya dengan serba positif karena menganggap selalu ada maksud dari setiap kejadian. Dia juga mengoleksi perasaan dan pengalaman.
Misalnya saat mengalami pengalaman buruk, dia akan terus mengingat kejadian itu, tapi tetap melanjutkan hidupnya dengan santai. Sama dengan saya sih sebenarnya, cuma saya jadinya enggak santai tuh.
Nah, pas membawakan karakter Bebe itu, sifat cueknya jadi berimbas ke saya.
Berarti terpengaruhi sifat Bebe, dong?
Iya, but in good way.

Sebagai pendatang baru yang dipasangkan dengan Richard Kyle (pemeran Erick, pacar Bebe) yang juga pendatang baru, bagaimana cara kalian menciptakan chemistry?
Pertama saya harus angkat topi dengan pendekatan teteh (panggilan kakak dalam bahasa Sunda, red.) Nia. Sejak reading kami diberi kepercayaan untuk melakukannya senatural dan senyaman mungkin.
Jadinya antara saya dan Kyle sudah jadi sohib dekat dan tumbuh rasa saling percaya satu sama lain. Berbekal itu kami jadi bisa lebih santai dan tahu bahwa adegan yang kami lakukan hanya dalam film. Alhamdulillah pacar masing-masing percaya itu dan tidak cemburu.
Dipasangkan sebagai kakak beradik dengan Shanty dan Tara Basro otomatis membuat kalian jadi sering menghabiskan waktu bersama. Seperti apa sifat asli mereka?
Kak Tara itu orangnya control freak parah. Semua hal dalam artian sebenarnya pengen dia urusin. Saya aja sering tuh kena, kayak "Heh, Tat kamu kenapa gini...gini...gini." Perhatian, tapi perhatian yang menyebalkan gitu. Tapi dia baik kok. Ha-ha-ha.
Kak Shanty itu posesif banget. Kalau ngumpul semuanya harus ada. Kalau enggak dia bakal marah, sebal, dan hobinya manyun (sambil mencontohkan gaya yang dimaksud, red.).
Sebagai film musikal yang menuntut akting, menari, dan menyanyi sekaligus, apa bagian tersulit bermain dalam Ini Kisah Tiga Dara?
Sebenarnya semua sulit. Tapi saya awalnya paling deg-degan sama menyanyi. Cuma bagian itu kan dikerjakan di pascaproduksi. Untungnya juga kami intens digembleng sama Indra Aziz (guru vokal, red.).
Kalau menari bukan hal baru lagi. Soalnya waktu masih zaman SMA pernah ikut modern dance, jadi hampir setiap hari latihan menari hip-hop. Tapi itu gerakannya sudah precise. Sementara dalam film ini harus lemah gemulai.
Jadi terkadang gaya maskulinnya masih terbawa. Setidaknya saya sudah punya pengalaman dan mental untuk menari di depan banyak orang.
Beda dengan menyanyi. Betul-betul pengalaman baru. Makanya kalau disuruh pilih, saya lebih baik berakting sambil menari. Karena seru aja bisa mengekspresikan karakter seorang tokoh dengan gerakan dibanding harus dengan bersuara.
Seperti apa suasana syuting Ini Kisah Tiga Dara di Maumere, Nusa Tenggara Timur?
Alamnya luar biasa bagus. Orang-orang atau masyarakatnya juga baik, jadinya mereka memancarkan aura positif banget. Tempatnya juga aman. Meninggalkan mobil dengan posisi pintu tidak terkunci juga tidak akan membuat isi dalam mobil hilang karena digondol maling.
Pokoknya beda banget deh dengan Jakarta. Dari situ saya jadi semakin mengenali Indonesia yang sebenarnya. Selama ini kan saya hanya melihat segala sesuatu dari Jakarta yang sumpek ini. Ternyata kalau mau lebih bereksplorasi lagi, masih ada banyak hal dari Indonesia yang bisa bikin kita jatuh cinta.
Ada kejadian unik dan menarik perihal syuting yang masih teringat?
Banyak banget sebenarnya. Tapi paling menyenangkan waktu syuting di Pulau Pangabatang. Malam sebelum syuting kan saya ulang tahun, jadi kami semua menghabiskan malam sambil menatap ke langit yang bertaburan bintang.
Serasa berada dalam auditorium dengan kubah berhiaskan bintang. Terus ada bintang jatuh gitu. Kalau tidak salah sekitar empat kali saya melihat bintang jatuh. Seru banget dan jadi ulang tahun paling berkesan dalam hidup saya.
Dari awalnya hanya tampil sekilas dalam AADC 2, kemudian jadi salah satu pemeran utama Ini Kisah Tiga Dara. Menganggap ini sebagai lonjakan karier luar biasa?
Saya sebenarnya masih merasa aneh dengan ini semua. Kemarin pas nonton juga masih merasa semua ini surreal. Enggak percaya. Soalnya saya merasa proses mulai ikut audisi yang di karantina di hotel pada Januari, terus syuting Maret, hingga akhirnya film ini tayang terasa cepat sekali.
Waktu orang-orang memberi komentarnya terhadap film ini saya juga belum tahu bagaimana cara menanggapinya. Waktu konferensi pers habis press screening dan wawancara seperti ini juga masih bingung karena belum ada preset-nya.
Ini Kisah Tiga Dara adalah film sisterhood. Apa yang paling penting harus dimiliki perempuan zaman sekarang?
Paling pertama passion. Tahu diri sendiri, tahu apa yang dimau, dan punya semangat di dalam diri. Karena dengan itu kamu tetap bisa bertahan apa pun yang terjadi. Untuk tahu diri sendiri saya biasanya banyak kontemplasi. Biasa juga menulis unek-unek di jurnal.
Selain ibu, siapa sosok perempuan yang kamu kagumi?
Eyang Titiek Puspa. Saya merasa malu jika mendapat tantangan sedikit saja sudah menyerah duluan. Sementara beliau dengan usia yang sekarang masih tetap semangat dan menumpahkan apa yang dia bisa untuk film ini.
Contohnya waktu konser di Taman Ismail Marzuki (11/8), saya sebenarnya ragu bisa menyanyi untuk pertama kali di depan banyak orang bersama musisi hebat dan diiringi orkestrasi megah.
Kemudian saya lihat Eyang dengan semangatnya latihan berulang-ulang meskipun saat itu dia baru sembuh dari sakit. Dari situ semangat saya terlecut.
Jika ada kans film ini dibuat sekuelnya, masih tertarik untuk ikutan?
Tentu saja. Karena orang-orang yang terlibat di dalamnya itu sudah jadi bagian dalam hidup saya, otomatis rasanya sudah seperti keluarga sendiri. Jadi kalau komposisi yang sama ini kembali berkumpul, saya akan sangat tertarik untuk terlibat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar