Kisah Ilias berakhir dengan bahagia dan senang. Dia telah berhijrah. Kisah hijrahnya itu disiarkan di TV, membuat banyak orang terharu.
Dia kembali menjadi pria tulen dan membuang implan di dadanya. Dia mulai berpakaian seperti lazimnya pria, serta mulai membasahi mukanya dengan air wudlu.
Dia banyak menangis mengenang dosa selama umrah di Mekah. Bersimpuh di masjid memohon ampun, tunduk dan sujud setiap punya kesempatan.
Dia kembali menjadi lelaki tulen. Semua bersyukur dan bangga. Fase baru dimulai. Berikut adalah kisah perjalanan Ilias saat berusaha bertobat dan pergi umrah.
Takut dan Resah
Dalam hijrah panjang itu, Ilias sering berbagi cerita. Dia resah dan ketakutan bila orang-orang di jalanan dan media mulai menghujat dan menghakimi.
Berbagai serangan yang menyakitkan menghujamnya. Kenapa muka masih seperti perempuan, pria perlu punya jenggot. Kenapa kulit masih putih bersih, pria harus gelap berurat.
Kenapa masih berdagang bahan kecantikan, kenapa masih berpakaian warna wanita, kenapa rambut masih panjang, dan berbagai kenapa lainnya.
Dia mulai merasa hijrahnya begitu sulit. Semua yang diperbuatnya dianggap salah di mata para hakim-hakim ini. Puncaknya, dia berkata, 'Baik, saya jadi transgender kembali!'
Lantas senanglah hakim-hakim ini. Mereka sudah menduga migrasi tersebut hanya sekadar pura-pura. Dia migrasi hanya untuk bisnis, hanya untuk mencari nama.
Serangan juga dialami ustaz yang membimbing Ilias. Padahal, sang ustaz telah berjuang keras agar Ilias kembali ke jati dirinya sebagai seorang pria.
" Kau salah menafsirkan maksudnya. Dia gunakan hijrahnya untuk bisnis, dia gunakan agama. Kau gagal dalam dakwah ini," begitulah bunyi cercaan kepada ustaz pembimbing Ilias.
" Saya banyak berdiam diri. Kadang merasa kecewa juga. Namun saya belajar sesuatu - pekerjaan dakwah ini adalah jalan yang paling berliku," kata sang ustaz.
Mereka yang menyebut kisah si banci bermigrasi hanya untuk menjual agama itu kini terdiam.
Dan kabar terbaru, 'Si banci' itu baru pulang dari umrah. Dibawa seluruh keluarga dan sahabat-sahabat seprofesi yang sudah bertobat. Dia menyerahkan segala kesalahannya di rumah Allah. Dia menyerah pada agamanya.
Kini dia botak. Semoga Allah gugurkan dosa-dosanya bagai gugurnya rambutnya. Dia kembali dengan kekuatan baru. Semoga dia kuat dan terus kuat.
Dia mungkin akan melakukan kesalahan lagi. Tapi cobalah memahami dia dengan sebaiknya. Mengkritik dan menghina tidak akan membawa perubahan yang baik. Itu justru hanya akan membuatnya kembali pada jalannya yang dulu sebagai banci.
Cukuplah menjadi hakim bagi orang lain. Setiap manusia ada jalan ujian yang Allah sediakan. Beruntung tuan jadi lelaki dan perempuan yang murni. Namun jangan kesampingkan yang lain.
Kita tidak pernah tahu amal mana yang diterima Allah, sebagaimana kita tidak tahu dosa mana yang akan membakar kita di hari pembalasan kelak.
Jika ada mereka yang tersesat, bantulah dengan berhikmah seperti mana kita ingin dibantu. Tidak ada siapapun yang ingin terus sesat!
This article passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article: The Guardian's Summary of Julian Assange's Interview Went Viral and Was Completely False.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar