Senin, 02 Januari 2017

Kisah fotografer temukan suku yang tak mengalami era modern

Satu tim pakar dan fotografer secara tak sengaja menemukan anggota suku di hutan hujan Amazon, Brasil, yang selama ini sama sekali terisolir dari dunia luar dan karenanya 'tak mengalami kemajuan era modern'.

Pemerintah Brasil mengatakan berdasarkan data, ada sekitar 170 kelompok suku asli yang sama sekali tidak ada kontak dengan dunia luar. Mereka menetap di hutan hujan Amazon.

'Penemuan' ini berawal ketika ahli suku asli yang juga fotografer kenamaan Brasil, Ricardo Stuckert, dalam perjalanan untuk menemui beberapa suku asli di negara bagian Acre, di dekat perbatasan dengan Peru. Namun ia menjumpai suku yang selama ini tak menjalin kontak sama sekali dengan dunia luar.

Penemuan ini berawal ketika cuaca berubah dan hujan turun dengan lebat yang memaksa helikopter yang ia tumpangi harus mendarat.

"Setelah hujan berhenti, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba saja, seakan-akan muncul di depan kami, terlihat rumah-rumah yang terbuat dari ijuk. Kami terbang cepat, namun kami bisa melihat tanaman, kemudian kami lihat anggota suku dan saya mulai mengambil gambar," kata Stuckert.

"Ini seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Semata-mata karena faktor keberuntungan," katanya.

Stuckert pernah menjadi fotografer resmi presiden Brasil selama beberapa tahun. Kini ia antara lain bekerja sama dengan Jose Carlos Meirelles, yang menekuni suku-suku asli di Brasil dalam 40 tahun terakhir.

"Sangat penting untuk mendata keberadaan suku-suku asli seperti yang baru saja kami temukan. Apa yang kami lakukan mungkin bisa dikatakan sebagai bentuk agresi. Makanya ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kami sebisa mungkin tidak membuat mereka takut. Di sisi lain dunia perlu tahu keberadaan mereka. Kami juga perlu memastikan agar mereka bisa tetap bertahan," jelas Meirelles.

Ancaman

Tim pakar dan fotografer ini jelas memperlihatkan niat baik, tapi orang-orang Indian ini menanggapinya 'dengan marah dan dari bahasa tubuh terlihat mereka sepertinya menganggap tamu sebagai sumber ancaman', terutama setelah melihat fotografer yang tengah mengambil gambar.

Mereka menembak dengan panah dan mencoba menghalau helikopter.

Meirelles memperkirakan suku terasing ini punya anggota sekitar 300 orang, termasuk besar untuk suku yang tak terdata.

"Kaum perempuan suku ini mengenakan semacam rok. Mereka bisa memintal," kata Meirelles setelah mengamati foto-foto hasil bidikan Stuckert.

Ia juga mengatakan suku ini menanam jagung, pisang, dan kentang.

Untuk kaum laki-laki, kata Meirelles, mereka punya postur yang lebih tinggi dari suku-suku lain yang tinggal di kawasan. Mereka juga memakai semacam kain yang dililitkan di perut yang sepertinya juga berfungsi sebagai pengikat alat kelamin.

Kawasan tempat suku ini hidup sangat terpencil, yang tak terjangkau oleh penebang hutan atau penyadap karet. Minimnya gangguan ini mungkin membuat mereka bertahan tapi sekaligus juga membuat mereka sangat terisolir.

Fotografer Stuckert mengatakan ingin kembali ke daerah ini namun ia juga menekankan agar mereka merasa tak terancam. Yang jelas, harus ada upaya untuk melindungi mereka, katanya.

This article passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article: The Guardian's Summary of Julian Assange's Interview Went Viral and Was Completely False.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search