Para siswa kelas XII IPA SMA BPK Penabur Bandar Lampung membawakan lakon "Candi Prambanan". Lampung Post/Zainuddin
ALKISAH, pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteram dan damai. Suatu hari, Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh Negeri Pengging.
Ketenteraman Prambanan jadi terusik karena para tentara tidak mampu menghadapi pasukan Pengging. Akhirnya, Kerajaan Prambanan dikuasai Pengging dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Demikianlah sepenggal sinopsis yang dibacakan narator drama yang berjudul Candi Prambanan.
Suasana kegaduhan siswa di dalam aula lantai III tiba-tiba mendadak hening. Semua siswa seolah ingin menyaksikan dengan dekat drama yang diperankan oleh siswa-siswi kelas XII IPA SMA BPK Penabur Bandar Lampung.
Sesaat kemudian, Raja Boko berbadan gemuk tinggi besar tiba-tiba menyodorkan pedang ke arah Joko Bandung. Joko Bandung pun menepis dan melawan hingga Raja Boko meninggal.
Tiba-tiba Roro Jonggrang lewat di depan istana Joko Bandung. Melihat wanita yang cantik jelita melintas di depan istananya, Joko Bandung langsung jatuh cinta dan ingin mempersunting Roro Jonggrang menjadi permaisurinya.
"Sungguh cantik kau putri, aku ingin menjadikan dia permaisuri," ujar Joko Bandung sambil bergumam di hadapan Roro Jonggrang. Roro yang baru melihat pria tersebut pun tidak memedulikan Joko. Ia hanya lewat dan tidak memedulikan pria tersebut.
Sampai akhirnya Joko Bandung terus mendesak agar Roro Jonggrang mau dijadikan permaisuri. Namun, putri cantik itu tetap menolak. "Bagaimana Roro?" ujar Joko mendesak, seolah tak sabar mendapatkan jawaban dari Roro.
"Saya bersedia menjadi istri tuan, tapi ada syaratnya," ujar Roro membuka percakapan dengan Joko.
"Apa syaratnya, harta berlimpah, istana megah?"
"Bukan tuanku, aku ingin dibuatkan seribu candi. Dengan keadaan marah, akhirnya Joko mengabulkan permintaan Roro dengan bantuan para jin."
Adegan demi adegan dibawakan dengan luwes oleh masing-masing tokoh sesuai dengan karakternya. Drama yang berdurasi kurang lebih 15 menit tersebut mengajak penonton untuk mengingat kembali kisah rakyat dari Kerajaan Prambanan. Tidak hanya terkenal dengan candinya yang terletak di Yogyakarta.
Tidak hanya ingin tahu tempat berserajarah, penonton juga diajak mengenal lebih jauh kisah asmara antara Joko Bandung dan Roro Jonggrang.
Drama yang diperankan oleh lima siswa kelas XII, yakni Raja Boko dimainkan oleh Praja, Joko Bandung dimainkan oleh Andre, lalu Roro Jonggrang diperankan Gaby, serta dayang Roro yang diperankan Cella.
Bermain drama di atas panggung terbuka yang tidak begitu luas, mereka sengaja memilih tidak banyak lighting. Begitu juga dengan properti yang dipakai, hanya menampilkan simbol-simbol kerajaan, salah satunya mahkota di kepala. Mereka lebih banyak bereksplorasi dengan adegan-adegan pendalaman karakter masing-masing.
Untuk menyempurnakan penampilan dan pendalaman karakter tokoh, para pemainya pun dipilih secara apik dan luwes. Seperti tokoh Roro Jonggrang merupakan putri cantik di zamannya, sampai membuat Joko Bandung jatuh cinta yang diperankan oleh Gaby, perempuan berdarah Tionghoa, berkulit putih, rambut panjang dibiarkan terurai, serta berparas cantik. Dari situ penonton dapat membayangkan sosok Roro Jonggrang.
Begitu juga dengan Joko Bandung yang diperankan Prada, dibayangkan sebagai raja yang tidak dicintai Roro. Dalam tokoh ini digambarkan Joko Bandung memiliki paras ganteng, tinggi besar, dan sedikit tambun.
Tak ingin mengecewakan penonton, seluruh pemain drama cukup menguasai teks dialognya masing-masing. Di akhir pertunjukan, putri Roro Jonggrang pun berubah menjadi candi yang telah membatu karena kemurkaan Joko Bandung.
Guru Bahasa Indonesia SMA BPK Penabur Bandar Lampung, Yunianti Dwi Rinukti, menerangkan drama yang diperankan oleh siswa/siswi kelas XII IPA tersebut merupakan rangkaian ujian akhir semester ganjil tahun ini. Dalam praktik tersebut, siswa tidak diberikan batasan tema sehingga dapat mengeksplorasi kemampuan masing-masing.
Setiap kelompok yang terbagi 4—5 orang memiliki tema masing-masing sesuai dengan keinginan. Salah satunya Candi Prambanan, Bawang Merah Bawang Putih, Pinokio, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan tema yang mereka pilih, siswa memakai kostum sesuai karakter. Seperti nenek sihir dan sapu ajaib, putri dengan mahkota di kepalanya dan lain-lain.
"Setiap akhir semester kami mengadakan ujian praktik, salah satunya drama," kata Yunianti.
Ketenteraman Prambanan jadi terusik karena para tentara tidak mampu menghadapi pasukan Pengging. Akhirnya, Kerajaan Prambanan dikuasai Pengging dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Demikianlah sepenggal sinopsis yang dibacakan narator drama yang berjudul Candi Prambanan.
Suasana kegaduhan siswa di dalam aula lantai III tiba-tiba mendadak hening. Semua siswa seolah ingin menyaksikan dengan dekat drama yang diperankan oleh siswa-siswi kelas XII IPA SMA BPK Penabur Bandar Lampung.
Sesaat kemudian, Raja Boko berbadan gemuk tinggi besar tiba-tiba menyodorkan pedang ke arah Joko Bandung. Joko Bandung pun menepis dan melawan hingga Raja Boko meninggal.
Tiba-tiba Roro Jonggrang lewat di depan istana Joko Bandung. Melihat wanita yang cantik jelita melintas di depan istananya, Joko Bandung langsung jatuh cinta dan ingin mempersunting Roro Jonggrang menjadi permaisurinya.
"Sungguh cantik kau putri, aku ingin menjadikan dia permaisuri," ujar Joko Bandung sambil bergumam di hadapan Roro Jonggrang. Roro yang baru melihat pria tersebut pun tidak memedulikan Joko. Ia hanya lewat dan tidak memedulikan pria tersebut.
Sampai akhirnya Joko Bandung terus mendesak agar Roro Jonggrang mau dijadikan permaisuri. Namun, putri cantik itu tetap menolak. "Bagaimana Roro?" ujar Joko mendesak, seolah tak sabar mendapatkan jawaban dari Roro.
"Saya bersedia menjadi istri tuan, tapi ada syaratnya," ujar Roro membuka percakapan dengan Joko.
"Apa syaratnya, harta berlimpah, istana megah?"
"Bukan tuanku, aku ingin dibuatkan seribu candi. Dengan keadaan marah, akhirnya Joko mengabulkan permintaan Roro dengan bantuan para jin."
Adegan demi adegan dibawakan dengan luwes oleh masing-masing tokoh sesuai dengan karakternya. Drama yang berdurasi kurang lebih 15 menit tersebut mengajak penonton untuk mengingat kembali kisah rakyat dari Kerajaan Prambanan. Tidak hanya terkenal dengan candinya yang terletak di Yogyakarta.
Tidak hanya ingin tahu tempat berserajarah, penonton juga diajak mengenal lebih jauh kisah asmara antara Joko Bandung dan Roro Jonggrang.
Drama yang diperankan oleh lima siswa kelas XII, yakni Raja Boko dimainkan oleh Praja, Joko Bandung dimainkan oleh Andre, lalu Roro Jonggrang diperankan Gaby, serta dayang Roro yang diperankan Cella.
Bermain drama di atas panggung terbuka yang tidak begitu luas, mereka sengaja memilih tidak banyak lighting. Begitu juga dengan properti yang dipakai, hanya menampilkan simbol-simbol kerajaan, salah satunya mahkota di kepala. Mereka lebih banyak bereksplorasi dengan adegan-adegan pendalaman karakter masing-masing.
Untuk menyempurnakan penampilan dan pendalaman karakter tokoh, para pemainya pun dipilih secara apik dan luwes. Seperti tokoh Roro Jonggrang merupakan putri cantik di zamannya, sampai membuat Joko Bandung jatuh cinta yang diperankan oleh Gaby, perempuan berdarah Tionghoa, berkulit putih, rambut panjang dibiarkan terurai, serta berparas cantik. Dari situ penonton dapat membayangkan sosok Roro Jonggrang.
Begitu juga dengan Joko Bandung yang diperankan Prada, dibayangkan sebagai raja yang tidak dicintai Roro. Dalam tokoh ini digambarkan Joko Bandung memiliki paras ganteng, tinggi besar, dan sedikit tambun.
Tak ingin mengecewakan penonton, seluruh pemain drama cukup menguasai teks dialognya masing-masing. Di akhir pertunjukan, putri Roro Jonggrang pun berubah menjadi candi yang telah membatu karena kemurkaan Joko Bandung.
Guru Bahasa Indonesia SMA BPK Penabur Bandar Lampung, Yunianti Dwi Rinukti, menerangkan drama yang diperankan oleh siswa/siswi kelas XII IPA tersebut merupakan rangkaian ujian akhir semester ganjil tahun ini. Dalam praktik tersebut, siswa tidak diberikan batasan tema sehingga dapat mengeksplorasi kemampuan masing-masing.
Setiap kelompok yang terbagi 4—5 orang memiliki tema masing-masing sesuai dengan keinginan. Salah satunya Candi Prambanan, Bawang Merah Bawang Putih, Pinokio, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan tema yang mereka pilih, siswa memakai kostum sesuai karakter. Seperti nenek sihir dan sapu ajaib, putri dengan mahkota di kepalanya dan lain-lain.
"Setiap akhir semester kami mengadakan ujian praktik, salah satunya drama," kata Yunianti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar