Senin, 20 Februari 2017

Kisah Rumedi Adu Cepat dengan Longsor Demi Selamatkan Warga di Hilir Sungai Wuni

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Rumedi tersentak mendengar gemuruh keras dari atas bukit Ratamacan menuju rumah warga Dukuh Bandingan, Desa Sirau, Purbalingga.

Pada Minggu (19/2/2017) sore itu Rumedi sedang berada di dekat pusat longsor. Suara itu didengarnya tak lama Ia menyalakan api unggun untuk menghangatkan badan di gubug kebunnya usai menderes nira.

Hujan besar selama dua jam di wilayah itu mulai mereda ketika bencana longsor terjadi.

Dari kebunnya Rumedi menyaksikan langsung tanah milik Perhutani di puncak terus bergerak, ratusan pohon pinus satu persatu bertumbangan. Material longsor meluncur begitu cepat mengikuti aliran sungai Wuni.

"Kebun saya ikut hancur tergerus longsor. Saya yang penting selamat," cerita Rumedi kepada Tribun Jateng pada Senin (20/2/2017).

Longsor Sungai Wuni
Lokasi longsor di Dukuh Bandingan, Desa Sirau, Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (19/2/2017). Foto diambil pada Senin (20/2/2017). TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI

Melihat luasnya area longsoran Rumedi berpikir nasib ratusan jiwa yang menghuni pemukiman Dukuh Karangwuni di hilir sungai Wuni. Ia meyakini warga belum mengetahui bencana di hulu.

Sementara longsor terus bergerak mengikuti aliran air, mengarah ke pemukiman warga yang berjarak sekitar lima kilometer dari mahkota longsor.

Rumedi bisa saja menghindari longsor dan berlari menuju desa sebelah. Tapi ia memilih berpacu dengan maut, lari begitu kencang melalui sisi aliran sungai Wuni menuju pemukiman warga di Dukuh Karangwuni.

Ia harus lebih cepat sampai ke pemukiman untuk memberitahu warga agar mereka segera menyelamatkan diri dan keluar dari rumahnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search