Kisah Nelayan Pangandaran Selama Melaut. (FOKUSJabar/BOIP)
PANGANDARAN, FOKUSJabar.com : Hidup di tengah kerasnya lautan membuat Nelayan harus memiliki kemampuan khusus. Pertaruhan nyawa selalu menghantui rasa setiap hati Nelayan saat pergi melaut. Ada yang kembali dengan sebuah hasil, bahkan kembali hanya sebuah nama.
Tak heran Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan bantuan bagi para Nelayan yang meninggal. Baik yang meninggal setelah melaut atau sedang melaut. Anggaran bantuannya cukup besar, antara Rp60 hingga Rp 120 juta per orang.
Malam tadi, waktu menunjukan pukul 22.30 WIB. Suara compreng (mesin perahu nelayan) terdengar nyaring dari tengah lautan. Oncor kecil menerangi perahu yang bermuatan dua Nelayan. Perahu itu mendekat hingga mampu mencapai darmaga pelabuhan Cikidang, Pangandaran.
Satu persatu, jala alat tangkapan ikan pun digulung, peralatan lainya seperti ember mulai mendarat. Namun, bakul penadah ikan terlihat kosong. Hanya ada dua (2) ikan saja yang menghiasi wadah berwana biru itu.
" Tangkapan kita sedikit kang, hanya dapat dua ikan kakap putih saja," kata Didin (21) Nelayan Pangandaran, Sabtu (25/03/2017) malam tadi.
Didin bersama satu orang temanya, Ujang (25) tidak langsung beranjak dari perahu milik orang tuanya itu. Mereka menyeduh sebuah kopi hitam dari sebuah termos berawarna hijau. Mereka berdua bercengkarama bercerita pengalaman mereka selama melaut.
" Ini sih kita menangkap ikan tidak jauh. Kita sering nangkap ikan itu sampai ke Yogyakarta. Bahkan, kita bisa hidup di lautan selama 6 bulan. Malam ini hanya sampai laut Cilacap," terang Ujang.
Pengalaman melaut yang dimiliki kedua remaja ini patut diberikan isapan jempol. Mereka memutuskan untuk berhenti sekolah, karena mereka menikmati sebagai Nelayan. Berbagai ikan mereka sering dapatkan, dari mulai ikan berharga murah hingga mahal. Satu kali melaut, mereka mampu mencapai penghasilan Rp 60 juta. Itu apabila sedang panen dan kondisi cuaca bersahabat.
" Biasanya kita melaut paling lama 6 bulan, atau 3 bulan. Kita hidup dilaut. Tapi, dari laut kita mampu menghasilkan puluhan juta rupiah, kalau sedang musim. Melihat cuaca begini ya, kami hanya dapat sedikit," tambah mereka.
Ganasnya lautan, membuat mereka tak berhenti untuk terus melaut. Hanya bermodal mercusuar serta pengalaman, mereka tidak memiliki alat canggih untuk menentukan arah dalam melaut. Ini terbilang masih tradisional, hanya mengandalkan arus ombak mereka bisa mampu pulang dengan selamat ke Pangandaran.
" Nelayan Pangandaran, cirinya itu gunung Pananjung kalau melaut. Jika sudah tidak kelihatan gunung itu, artinya kita sudah tidak lagi ada di lautan Pangandaran. Sebaliknya, bila pulang, apabila terlihat gunung Pananjung kita tahu bahwa kita sudah pulang," terang mereka.
Dari puluhan Nelayan yang berada di Pangandaran, mereka selalu menaruh harapan kalau hasil tangkapan mereka bisa membuah. Menggantungkan hidup pada lautan adalah pekerjaan mereka. Apapun resiko, mereka sudah siap meskipun harus mati ditengah lautan.
(BOIP/Bam's)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar