Rabu, 29 Maret 2017

Kisah Musang Telantar yang Mengubah Seorang Security jadi Pengusaha Kopi Luwak

TRIBUNJABAR.CO.ID -- BUAH kopi pada umumnya berbiji dua atau disebut dikotil. Namun, di antara biji-biji itu ada juga yang bersifat monokotil alias biji kopi tunggal meski jumlahnya sangat sedikit. "Mencarinya harus telaten dan dalam waktu yang lama," ujar Budianto.

Sejak tahun 2013, Budianto (48) memang tekun memilih biji tunggal di antara puluhan kilogram kopi luwak di tempat penangkaran musang miliknya. Hal itu dilakukan setelah sejumlah pengunjung yang datang bertanya tentang kopi yang berkhasiat untuk meningkatkan kejantanan itu.

"Misalnya kopi luwak itu ada 20 kilogram. Paling yang lanang hanya beberapa biji. Tidak bisa ditentukan berapa banyak saya bisa mendapat biji kopi itu, selama empat tahun, saya baru mendapat empat kilogram biji kopi tunggal," ujar pria kelahiran Madiun itu, di kediamannya, Selasa (28/3/2017).

Lanang adalah bahasa jawa yang berarti laki-laki. Bagi Budianto, selain sulit mencari biji jenis itu, membuat buah kopi yang masak agar dimakan oleh musang juga bukan pekerjaan mudah.

Kandang-kandang untuk 35 ekor musang milik Budianto hanya berjarak dua langkah dari rumahnya di ujung gang sempit, sekitar 100 meter dari Jalan Raya Puncak, Desa Sindanglaya, Kecamatan Cipanas. Di tempat itu, kopi-kopi masak dijadikan makanan sampingan musang.

Tiga kali dalam seminggu, sebanyak 150 kilogram biji kopi diberikan kepada musang-musang itu. Namun, tak banyak biji yang dimakan, sebab selain kopi, makanan musang di tempat Budianto adalah ikan lele, belut, dan buah-buahan.

"Ambil dari 20 kilogram saja, paling yang jadi luwak hanya sekitar 7,5 Ons. Kurang dari sekilogram juga," ujar suami Zulaikha Irwani (48) itu. Sebulan ada 600 kilogram buah kopi yang diolah namun yang menjadi kopi luwak hanya sekitar 225 Ons.

Sisa kopi yang tidak dimakan musang tetap diproses untuk dikupas kulitnya dan diolah sampai menjadi bubuk kopi untuk dijual ke pasar. Berbeda dengan kopi luwak yang setelah pengolahan, dikemas secara istimewa.

"Yang luwak disortir lagi untuk dipisahkan biji lanangnya. Kami biasanya memilah biji kopi berempat, ada istri dan dua anak saya, Hendra Budi Setiawan dan Tony Tristianto," ujar Budianto yang tercatat aktif sebagai Sekuriti sebuah Hotel di Cipanas.

Namun, waktu yang lama dan kepayahan yang dialami selama mencari biji kopi lanang terbayar dengan nilai jualnya. Satu kilogram kopi lanang dibanderol Rp 4 juta. Harganya dua kali lipat dari harga kopi luwak yang Rp 2 juta per kilogram.
Dari segi rasa, kopi luwak lanang arabika ini memiliki rasa yang asam yang lebih kuat. Begitupun dengan aroma kopinya, sangat terasa dibanding kopi luwak yang biasa. Khasiatnya, kopi lanang dipercaya bisa meningkatkan kejantanan.
"Banyak yang sudah merasakan manfaat kopi ini. Yang jelas ini kopi untuk kesehatan saja karena prosesnya yang alami dari musang-musang yang sehat," ujar Budianto.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search