Sempat mengalami masa sulit dalam penjualan buku bacaan dan terjemahan, usaha penerbitan milik Edy bisa bangkit karena Alquran.
Puluhan ribu eksemplar kitab suci umat muslim produksi Edy pun kini tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Persaingan dalam dunia bisnis adalah hal yang biasa. Ada kalanya bisnis sedang ramai dan menguntungkan, namun tak jarang pula sepi sehingg harus merugi. Itu pula yang dirasakan Edy Sutarto (38) dalam menjalankan usaha penerbitannya yang ia beri nama Penerbit Abyan.
Pernah mengalami pasar sepi pada penjualan buku bacaan dan terjemahan, Penerbit Abyan bangkit menjadi penerbit Alquran. Meski tetap memiliki pesaingan, namun penjualan Alquran seperti menjadi jalan yang telah digariskan padanya.
Penerbit Abyan mulai fokus dalam menerbitkan Alquran mulai akhir tahun 2015, setelah sebelumnya juga menerbitkan buku bacaan dan terjemahan sejak tahun 2008.
Prospek penjualan yang lebih terang daripada penjualan buku bacaan dan terjemahan menjadi salah satu alasannya memilih fokus dalam menerbitkan Alquran.
"Karena setiap muslim membutuhkannya, bahkan bisa dibilang paling tidak satu tahun sekali mereka akan membeli," ungkapnya saat ditemui Joglosemar di lokasi usahanya di kawasan Banyuanyar, Banjarsari, Sabtu (18/3/2017) pagi.
Dalam mendapatkan proses perizinan penerbitan Alquran, diakui Edy membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Dengan dibantu seorang temannya, selama satu tahun mengajukan perizinan, barulah ia mendapatkan izin untuk dapat menerbitkan Alquran. Bahkan, ia harus menempuh lima kali revisi sebelum izin didapatkannya.
"Kami kirim naskahnya ke Lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran di Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Mereka koreksi, kalau ada yang salah mereka kembalikan. Kami perbaiki dan kami kirim lagi. Begitu sampai betul-betul benar dan baru bisa dapat izin. Surat izinnya juga masing-masing untuk tiap ukuran Alquran," tutur Edy yang kini memiliki enam surat izin menerbitkan Alquran dengan berbagai ukuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar