Rabu, 29 Maret 2017

Kisah Tanggui, Caping Khas Banjar dan Nasib Para Pembuatnya Kini

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sejumlah perempuan pedagang mengenakan penutup kepala yang terbuat dari daun nipah kering berbentuk setengah lingkaran tampak di pasar terapung LokbaintanKabupaten Banjar.

Mereka mengayuh perahu sambil menjajakan hasil bumi.

Penutup kepala mereka begitu unik karena mirip tudung saji atau penutup makanan di meja. Itu dalam bahasa Banjar namanya tanggui.

Caping itu tidak hanya digunakan pedagang pasar terapung, tetapi juga petani dan nelayan untuk menghindari terik matahari dan hujan. Lazimnya tanggui digunakan oleh perempuan.

Walau bermunculan jenis penutup kepala, pembuatan tanggui tak pernah berhenti. Setiap hari tanggui dibuat dan dipasarkan ke berbagai kabupaten di Kalsel.

Salah satu sentra produksi tanggui ada di Banjarmasin yakni di Kelurahan Alalak Selatan Kecamatan Banjarmasin Utara.

Sejumlah perempuan di Alalak Selatan, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua terampil merangkai daun nipah atau rumbia menjadi tanggui. Meski penghasilannya tidak seberapa, mereka rajin membuatnya untuk menambah penghasilan.

Ini sebagaimana Sariyah (50) yang memang mengandalkan penghasilan dari membuat bakal tanggui. Itu karena sang suami tak mampu lagi mencari rezeki karena terserang stroke.

Ibu empat anak dan nenek dua cucu ini belajar membuat tanggui saat kecil. Keterampilan itu didapat secara turun temurun karena kakek buyutnya adalah perajin tanggui.

Dalam sehari, Sariyah sebenarnya mampu membuat 50 bakal tanggui. Namun saat ini tidak sampai sebanyak itu karena modalnya membeli bahan terbatas.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search