Selasa, 18 April 2017

Kisah Perempuan yang Melihat dengan Telinga

Hal terakhir yang dilihat Pat Fletcher sebelum terjadi ledakan adalah sebuah tanki berisi cairan kimia di sampingnya yang menggelembung. Kemudian ia menyadari selang plastik di genggamannya menjadi sangat panas. Kilat cahaya terang benderang kemudian muncul dan berubah menjadi warna biru, warna api yang mengurung tubuhnya. Ketika terbangun, Pat, sapaan dirinya, berpikir jika ia mungkin sedang bermimpi. Dunia di sekelilingnya gelap dan nihil benda apapun yang bisa dilihat. Hitam pekat, yang kemudian agak keabu-abuan, membuatnya berpikir sedang terjebak di tengah-tengah kabut asap. Obat penenang dan penghilang rasa sakit ia yakini membuatnya seperti itu, juga perasaannya yang mengetahui wajahnya sedang dibalut perban yang tebal. Tapi, kenyataan berkata lain. Seorang dokter menghampirinya dan duduk di kasur tepat di sampingnya. Dari dokter itu, Pat mengetahui fakta apa yang sebenarnya baru terjadi pada dirinya. Ternyata, ia menjadi salah satu korban dari insiden ledakan yang disebabkan reaksi dari dua cairan kimia di sebuah pabrik bom granat tempatnya bekerja. Satu bola matanya hilang, sementara satunya lagi masih ada, meski harus tertutup selamanya. Pat beruntung masih bisa hidup, kata dokter. Tapi, tidak ada harapan baginya untuk bisa melihat lagi. Saat kejadian itu, Pat masih terbilang muda, yaitu di umur 21 tahun. Butuh waktu hampir tiga dekade bagi Pat untuk membuktikan pernyataan dokter itu salah. 25 Tahun Pasca Insiden 25 tahun pasca insiden, seorang perempuan ekstrovert dengan rambut berwarna abu-abu di Buffalo, New York, sedang berselancar di internet menggunakan program yang mengubah teks di layar menjadi ucapan. Nama program tersebut adalah "vOICe" yang dirancang seorang pemrogram komputer asal Belanda. Program ini disebut bisa mengubah pixel dalam foto atau gambar menjadi suara dan membuat individu yang buta dapat melihat dunia di sekitarnya. Pat tampak ragu-ragu, bahkan ia sempat tertawa kecil ketika ia memainkan sampel rangkaian bunyi 'soundscape', sebuah rangkaian suara dari nada yang berbeda di volume yang berbeda pula dan dipancarkan secara bersamaan. Terdengar absurd. Ribut tak beraturan. Kemudian Pat mendapatkan 'gambar' sebuah peternakan dengan pagar yang panjang lewat sepasang pengeras suara stereo dalam studinya tersebut. Ia menghela napasnya. Sesuatu terjadi pada mata pikirannya, sesuatu yang terasa berbeda secara fundamental ketimbang hanya mendengarkan suara. "Saya menoleh dan saya nyaris bisa melihat pagar di sepanjang jalan dalam studi saya, lalu saya bilang, 'Tuhan, apa ini?'" ujar Pat. "Saya tiba-tiba saja merasakan keseruan yang telah kembali." Hal yang membuatnya luar biasa adalah ia bisa mendengar suara yang jauh di sana, melebihi jangkauan tongkat miliknya, juga ayunan tangannya ketika anjing peliharaannya membimbingnya berjalan, tanpa disentuh. Dari keramaian suara di sekitarnya, entah bagaimana, Pat memiliki kemampuan untuk menggambarkan bentuk pagar tersebut, termasuk jarak di antara lubang pagar. Dunia dari pengidap kebutaan sering digambarkan sangat terbatas, karena biasanya mereka baru mengetahui dan memahami suatu bentuk objek setelah menyentuhnya. Tapi, dunia Pat lebih luas dari itu. "Bagaimana bisa suara memberikan gambaran seperti ini? Saya merasa gambaran yang dihasilkan dari suara itu nyata," katanya. "Di sana ada pagar, saya melihat ada gerbang di sana, dan sesuatu yang hitam, seperti gerbangnya sedang terbuka. Saya terkejut. Saya merasa bisa berjalan melewatinya." Melihat Lewat Telinga, Berkat Program vOICe Pat pergi ke toko dan membeli webcam terkecil di sana, kemudian memasangnya di topi baseball miliknya. Kamera itu lalu ia hubungkan dengan laptop. Setelah semua menyala, ia berjalan di pintu masuk, dan melihat sekitar. "Saya hampir menabrak. Tapi saya bisa mengetahui jika di sana ada tembok, dan saya berjalan menuju sebuah jendela plastik. Saya menyentuhnya dan saya tidak mempercayainya. Saya baru saja lupa seperti apa dunia itu," ungkap Pat. Kemampuannya semakin berkembang, Pat pun bisa mengetahui pola yang tercetak pada gelas yang ia gunakan untuk minum selama bertahun-tahun dalam kebutaan. Ia bisa 'melihat' poster-poster tembok dekoratif di ruang tunggu dokter giginya. Ia bisa melihat daun-daun berguguran di antara pepohonan. Ia bisa melihat wajah, meski masih tetap berbayang. Pat berjalan-jalan menggunakan kacamata dengan kamera tersembunyi di sebuah lubang kecil di depan matanya. Ia juga melengkapi perlengkapannya dan mulai menggunakan perangkat itu setiap hari. Perangkat kacamata itu juga termasuk earphone yang tersambung dengan kamera di kacamatanya. Tangkapan gambar dari kacamata itu kemudian diproses oleh program vOICe yang terhubung ke laptop atau komputer di rumah. Suara-suara dikirimkan program tersebut ke telinga Pat lewat earphone-nya, yang kemudian memberikannya gambar keadaan sekitar dari dalam otaknya. Setelahnya, ia membawa tongkat hanya untuk berjaga-jaga saja jika terjadi kesalahan teknis pada perangkat yang ia gunakan.

Di suatu siang empat tahun kemudian, sesuatu yang lebih menakjubkan terjadi. Hingga hari itu, ketika ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat sekitar, ia hanya melihat kamar apartemennya, dengan dua foto, juga sofa di ruang tamu, atau bentuk dari pohon yang menjulang ke angkasa, tapi ia tidak bisa merasakan kedalaman dari ruangan itu. Di hari itu, Pat berdiri di depan wastafel dan membersihkan peralatan makan. Ia mundur untuk mengeringkan tangannya menggunakan handuk dan melihat ke bawah. Biasanya ia hanya melihat wastafel itu berbentuk kotak sederhana. Tapi dengan perangkat barunya, Pat menyadari ia mendapatkan persepsi yang lebih dalam. Pat bisa melihat ke dalam wastafel itu. Menjadi Mungkin dari Ketidakmungkinan Pengalaman Pat Fletcher memang terdengar tidak mungkin, atau bisa seperti hasil dari elaborasi trik pikiran. Mungkin Pat meyakinkan. Tapi, ini tidak bisa benar-benar terjadi, jika melihat teori penelitian konvensional. Bagaimana Anda melihat dengan telinga? Bagaimana otak bisa tiba-tiba mendapatkan kapasitas untuk persepsi yang lebih dalam setelah 4 tahun, seperti ketika seseorang tiba-tiba menyalakan lampu? Pat Fletcher sendiri mengklaim sudah diperiksa oleh beberapa ilmuwan dunia. Beberapa tahun lalu, ia tiba di Boston untuk mengikuti sebuah tes di Harvard Medical School. Ia dibaringkan di sebuah meja besar, lalu ia diperiksa lewat mesin MRI yang bisa melacak jumlah oksigen yang digunakan berbagai bagian dari otaknya. Para dokter menginstruksikan Pat untuk mendengarkan 'soundscape'-nya. Pat Fletcher masih tidak menggunakan bola matanya ketika mengitari dunia. Tapi, entah bagaimana, ketika mendengarkan 'soundscape'-nya, area dari otaknya memberikan gambaran-gambaran dalam penglihatannya. Area itu adalah area yang biasanya aktif ketika melihat suatu objek dengan mata kita. Sementara itu, ketika Pat mendengarkan suara yang normal, misalnya ketika ada ilmuwan yang menggoyang kunci di sekitarnya, otak Pat tetap bekerja seperti biasa. Otaknya tak bisa membedakan suara normal dan soundscape miliknya. Suara itulah yang dibawa ke area otak tersebut untuk diproses gambarnya, bahkan ketika suara ini masuk ke dalam telinganya secara berulang-ulang. Beberapa eksperimen lain setelahnya mengkonfirmasi keistimewaan itu. Pat Fletcher, buta selama lebih dari 30 tahun, tapi bisa melihat sekaligus mendengar lewat telinga. Otaknya menghubungkan dua kemampuan itu dengan sendirinya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search