Buku pertama dan kedua Yasmin berisi tentang diary berjudul My Story in Holland diterbitkan oleh Mizan. Buku ketiga, From Holland With Love diterbitkan Gramedia pada sekitar 2015 lalu. Semua karya ini bercerita tentang perjalanannya mejadi anak berkebutuhan khusus ketika di Belanda dan perjuangannya untuk sekolah selama di Indonesia.
Yasmin mengatakan bahwa dirinya saat ini menjadi Duta Literasi Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan sedikit terbata-bata, ia kemudian bercerita proses kreatif yang kira-kira diawali ketika ia tinggal di negeri kincir angin pada tahun 2012.
"Proses ketika mengikuti ayah saya di Belanda. Saya harus sekolah, harus menunggu karena ada proses yang harus dilalui. Eyang saya melalui Skype mendorong saya untuk menulis sambil menunggu saya sekolah," kata Yasmin bercerita sambil agak terbata-bata kepada detikcom di Rumah Dunia, Cipocok Jaya, Kota Serang, Senin (24/4/2017).
Atas saran kakeknya itu Yasmin awalnya ragu. Pertanyaan soal apakah dirinya mampu menulis selalu terbayang di kepala. Tapi karena bosan menunggu proses agar dirinya diterima di sekolah membuatnya menuliskan catatan-catatan hariannya.
Tidak berapa lama kemudian ternyata catatan tersebut diterbitkan. Yasmin menjadi semakin termotivasi. Begitu pulang ke Indonesia ada 2012, ia kemudian melanjutkan untuk menulis karya ketiganya berjudul From Holland With Love. Sebuah perjuangan sosok Melati dan diterbitkan tahun 2015.
Dengan segala keterbatasannya, Yasmin mengatakan ia bisa terus berimajinasi lewat tulisan. Dengan menulis ia mengaku bisa pergi ke mana saja dan menyerapi tokoh-tokoh. Beberapa penulis kesukaannya dan menjadi inspirasi proses kreatif di antaranya adalah Asma Nadia dan penulis sekaligus pengasuh Rumah Dunia Gol A Gong.
"Membuktikan ke banyak orang bahwa keterbatasan fisik bukan berarti kemampuan kita juga terbatas. Memberikan semangat ke anak-anak berkebutuhan khusus," katanya.
Bahkan menurut Yasmin, meskipun ia menderita Cerebral Palsy, ia masih terus berkarya dalam keterbatasan. Menurutnya, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan.
"Jangan minder, jangan putus asa. Saya percaya kok setiap orang punya kekurangan dan kelebihan. Tinggal bagaimana aja kita menggunakan kelebihan itu," ujarnya memberikan pesan semangat.
Foto: Yasmin (Bahtiar-detikcom) |
Alpha Amirachman, bapak dari Yasmin mengatakan anaknya berkarya karena memang dorongan dari kakeknya. Sewaktu ia menempuh disertasi di Universitas van Amsterdam Belanda, Yasmin kebetulan ikut ke sana. Sambil menunggu proses pengajuan sekolah, anaknya diminta untuk menulis oleh kakeknya di Indonesia.
"Yang mendorong pertama kali eyangnya. Kebetulan eyangnya dulu penulis di Mangle, terus menulis cerita bersambung di PR (Pikiran Rakyat)," kata Alpha di lokasi yang sama.
(bri/rvk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar