Perjalanan kaki Khamim ditempuh sejak 28 Agustus 2016 tahun lalu. Saat ini dikabarkan Mochamad Khamim telah sampai di Timur Tengah.
Rabu (24/5/2017), detikcom menyambangi rumah Khamim atau akrab dipanggil Aim. Rumah yang berarsitektur jawa kuno ini sedianya hanya dihuni oleh Aim dan ayahnya, yakni Syaufani Solichin (74). Oleh karena Aim ke Mekkah, ayahnya tinggal sendiri. Ibu Aim sudah sepuluh tahun yang lalu meninggal.
Aim. Foto: Robby Bernardi-detikcom |
Solichin menuturkan kenekatan Aim untuk sampai ke Mekkah hanya dengan berjalan kaki tanpa minta uang saku kepada siapapun.
"Orangnya keras kepala. Kalau sudah punya keinginan, pasti dilakukan dengan usahanya sendiri," jelas Solichin.
Solichin menjelaskan keinginan anaknya untuk menunaikan haji ke Mekah dengan berjalan kaki sudah dilontarkan sejak dia masih kuliah di Universitas Negeri Semarang (Unes). Anak keempat dari empat bersaudara ini selepas kuliah membulatkan tekadnya untuk pergi menunaikan haji dengan jalan kaki.
"Ketiga kakaknya (yang di Jakarta) sebelumnya meminta dia untuk kerja dulu. Tapi anaknya tidak mau. Dia justru mempersiapkan fisik maupun mentalnya selama tiga tahun," jelasnya.
Persiapan Sarjana Ekonomi Pembangunan tersebut dilakukan selama tiga tahun. Setelah melakukan persiapan-persiapan khusus tersebut, Aim mulai mengurus surat-surat.
"Di Kemenag, saya dipanggil. Disuruh tanda tangan atas perjalanan anak saya itu, baru setelah saya tanda tangan, surat dari mereka bisa keluar," jelasnya.
Sedianya Aim didampingi dua rekannya. Namun, sampai di Tegal kedua temannya menyerah tidak melanjutkan.
Mochamad Khaim sendiri berangkat dari rumah di Kecamatan Wonopringgo pada tanggal 28 Agustus 2016, berangkat jalan kaki sekitar pukul 22.00 WIB.
"Ya saya hanya bisa berdoa, lha wong dia hanya berbekal baju dan beberapa lembar uang. Saya tanya, apakah cukup uangnya sebagai bekal, dijawabnya pasti ada yang ngasih di jalan, bapak tidak usah khawatir," katanya.
(bpn/tor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar