Judul : Ki Hadjar, Sebuah Memoar
Penulis : Haidar Musyafa
Penerbit : Pustaka Imania
Cetakan I : April 2017
Tebal : 558 halaman
ISBN : 978-602-792-634-9
Siapa yang tidak kenal Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara? Guru Bangsa dan Pahlawan Nasional yang telah berjuang keras demi kemajuan bangsanya. Dia berjuang keras agar para inlander bisa mendapat pendidikan layak. Kelak untuk menghormati perjuangannya, bertepatan dengan kelahirannya, setiap 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Dia lahir 2 Mei 1889 dengan nama Soewardi. Karena termasuk keturunan pangeran Kadipaten Puro Pakualaman, dia digelari Raden Mas Soewardi (hal. 38).
Pidato-pidatonya yang lantang menjadi pembangkit persatuan rakyat Indonesia. Meskipun berulang kali ditangkap dan dipenjara, semangatnya untuk membela kepentingan jelata tak pernah padam (hal. 31). Ini sebuah karakter yang mencerminkan pengalaman pribadinya yang menjadikan setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru.
Setelah kembali dari pengasingan, pada tahun 1919, Ki Hadjar mulai tertarik dan terpanggil menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangan meraih kemerdekaan. Berangkat dari impian dan cita-cita luhurnya itu, pada 3 Juli 1922 Ki Hadjar dan teman-teman seperjuangannya mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (hal. 33).
"Mengingat pentingnya pendidikan untuk masa depan, pernah membuatku selalu memikirkan Sariman dan teman-temannya yang hanya berasal dari kalangan jelata. Apakah anak-anak yang terbiasa dengan kehidupan kasar itu bersedia jika kuajak sekolah? 'Tentu saja aku ingin sekolah Denmas, seperti sinyo-sinyo Belanda itu,'" Kata Sariman (hal. 74).
Ki Hadjar muda tak kuasa menyaksikan anak-anak Bumiputera terampas kebebasannya dalam menuntut ilmu. Sejak kecil Ki Hajar Dewantara mendapat pemahaman, manusia itu memiliki kedudukan sederajat di hadapan Tuhan. Maka, selain mendidik daya pikir dan nalar, Ki Hajar juga menekankan pendidikan budi pekerti, agar karakter anak terbentuk secara baik dan berkembang menjadi manusia berbudi pekerti mulia.
Mendidik dan mengenalkan mereka pada ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan. Agar di kemudian hari mereka menjadi manusia-manusia tangguh secara lahir batin. Lebih dari itu, aku berharap agar anak-anak yang masih polos itu kelak akan menjadi pribadi-pribadi yang penuh semangat, cerdas, dan memiliki tekad yang kuat untuk membela harga diri bangsa dan tanah airnya (hal. 333).
Tujuan didirikannya sekolah Taman Siswa mendidik anak-anak inlander dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia (hal. 479). Anak-anak harus digembleng dengan sistem pendidikan yang selaras dan sesuai dengan budaya kehidupan bangsanya. Jika pendidikan anak-anak tidak didasarkan pada semangat nasionalisme, bisa jadi tidak akan pernah memiliki rasa cinta terhadap bangsa dan negaranya. Tidak memiliki kepedulian untuk membela dan menjaga tanah airnya, tanah tumpah darahnya.
Selain semboyan Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani, ada 3 tujuan utama Ki Hadjar mengembangkan pendidikan. Pertama, Hamemayu Hayuning Sariro, memberi pendidikan yang bermanfaat bagi anak didik dan keluarganya, memiliki kemandirian dalam belajar dan tidak bergantung orang lain. Kedua, Hamemayu Hayuning Bongso, memberi pendidikan kepada seluruh rakyat bangsa, yang membawa manfaat besar bagi nusa dan bangsa. Ketiga, Hamemayu Hayuning Bawono, memberi pendidikan yang berguna demi kepentingan dunia (hal. 532).
Diresensi Ahmad Fauz, Staf Pengajar IAIN Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar