Selasa, 16 Mei 2017

KISAH: Matthew Hopkins sang Pemburu Penyihir Terkenal di Era Perang Sipil Inggris

PENYIHIR merupakan sosok yang ditakuti pada era ketika ilmu pengetahuan belum berkembang banyak sehingga masyarakat lebih percaya dengan gosip-gosip. Histeria masyarakat mengenai penyihir memunculkan orang-orang yang beralih profesi dan memilih menjadi seorang penyihir.

Perkembangan perburuan penyihir paling terkenal terjadi di Inggris ketika negara tersebut dipimpin oleh Raja James I. Sebagaimana dikutip dari The Vintage News, Selasa (16/6/2017), James sangat menyukai hal-hal yang berbau mistis bahkan ia merilis buku berjudul 'Daemonologie' yang membahas mengenai sihir serta ilmu hitam.

BERITA REKOMENDASI


Pada 1604, James berhasil mendesak Parlemen Inggris untuk mengeluarkan Statuta Penyihir yang melegalkan dijatuhkannya hukuman mati pada individu yang dituding sebagai penyihir. Keluarnya statuta ini menyebabkan ketakutan di masyarakat mengenai keberadaan penyihir dan memicu adanya histeria masal.

Tudingan-tudingan dengan mudah dilontarkan kepada orang-orang yang diklaim sebagai penyihir. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak yang mengatasnamakan diri sebagai pemburu penyihir. Salah satu pemburu penyihir yang paling terkenal pada saat itu adalah Matthew Hopkins.

Hopkins awalnya adalah seorang pengacara dengan latar belakang purian yang berasal dari Manningtree. Pada 1644, ia kemudian pindah ke Essex. Tak diketahui mengapa ia bisa tertarik memburu penyihir namun Hopkins disebut sebagai orang yang bekerja untuk menghancurkan berbagai hal yang diduga berhubungan dengan iblis.

Ia mengklaim, pernah mendengar perempuan yang mendiskusikan pertemuan mereka dengan iblis dan hal itu disinyalir memicunya menjadi pemburu penyihir. Pada awal karier sebagai pemburu penyihir, Hopkins disebut menangkap 23 perempuan yang dituduh penyihir dengan empat di antaranya yang meninggal di penjara sedangkan yang lain dijatuhi hukuman gantung.

Pada 1645, Hopkins pun resmi menjadi pemburu penyihir yang ditugaskan oleh Parlemen. Ditemani dengan para asistennya yang semuanya berjenis kelamin perempuan, Hopkins pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memeriksa semua perempuan demi mencari penyihir.

Dengan biaya 20 shilling per kota, Hopkins dipandang memanfaatkan perburuan penyihir sebagai aktivitas komersial. Tanpa pandang bulu, Hopkins menangkap para perempuan dan memulai proses interogasinya yang kejam.

Metode utama yang ia gunakan adalah memaksa para tersangka penyihir tak tidur selama berhari-hari agar mengaku. Bila tak mengaku juga, Hopkins dan asistennya akan menggunakan metode menusukkan jarum ke tubuh sang tersangka hingga memotong tangan mereka dan jika tidak berdarah maka perempuan itu dituduh sebagai penyihir.

Metode lainnya yang terbilang kejam adalah menenggelamkan sang tersangka yang terikat tangan kakinya di kursi. Jika tersangkanya tenggelam maka ia tak bersalah jika mengambang maka tersangka tersebut dituduh penyihir. Sepanjang kariernya dari 1644-1646, Hopkins dan asistennya bertanggung jawab atas kematian 300 perempuan yang dituding sebagai penyihir.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search