Polwan cantik yang kini menjabat sebagai Kabag Psikologi Polda Jambi ini sebelum berkiprah sebagai abdi negara di korp Bhayankara, dia adalah seorang Kepala Personalia PT. Astra Isuzu Casting Company di Karawang, Jawa Barat (Jabar).
Di perusahaan otomotif itu, dia mendapatkan penghasilan jauh lebih besar dibandingkan dengan berseragam polisi. Akan tetapi karena ada suatu jalan, akhirnya meniti karier sebagai perwira di kepolisian.
Dilansir Jambi Ekspres (Jawa Pos Group), perempuan kelahiran Jakarta, 13 April 1977 itu bercerita, dia tumbuh besar dalam keluarga polisi. Ayahnya Anang Sunarto, pensiun polisi dengan pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen). Namun, sejak kecil anak bungsu dari tiga bersaudara ini tak pernah terniat untuk menjadi seorang anggota Polri.
Cita-citanya saat kecil berganti-ganti mulai dari ingin menjadi Astronot, pramugari, hingga dokter. Sejak kecil, selalu berpindah mengikuti tempat tugas sang ayah. Kondisi ini membuatnya banyak mengenal tempat baru dan mudah untuk berbaur dengan teman yang baru.
Lulus SMA Dilia lebih memilih untuk melanjutkan pendidkan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), dia diterima sebagai Kepala Personalia PT Astra Isuzu Casting Company di Karawang Barat. "Sejak kecil sampai lulus kuliah gak pernah kebayang untuk menjadi anggota Polri," ujar AKBP Dilia.
Dia menceritakan, setelah sebelas bulan kemudian, ada beberapa temannya anggota polisi yang main ke tempat kerjanya sembari membawa form pendaftaran Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS). "Awalnya ga tertarik, tapi akhirnya kena juga rayuan. Katanya saya cocok jadi Polwan," ceritanya.
Hari terakhir pendaftaran, Dilia mendaftar di Polda Metro Jaya. Semua tahapan tes dilalui dengan lancar hingga dinyatakan lulus. Usai menjalani pendidikan perwira polri, Dilia yang berpangkat Ipda waktu itu diberi beasiswa dinas untuk melanjutkan kuliah S2 Profesi Kekhususan Klinis Dewasa di Fakultas Psikologi UI. "Menjelang lulus S2, saya menikah dengan alumni Akpol angkatan 2003," ucap ibu tiga anak ini.
Tahun 2010, setelah lulus S2, Dilia ditugaskan di Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai psikolog. Lantas dia dimutasikan ke Mabes Polri dan Polda Metro Jaya sebagai Kasubbag Psipol. Tidak lama dirinya pindah di Baharkam Mabes Polri di bagian Kerjasama. "Jadi kerjaannya keliling Indonesia untuk sosialisasi MoU dengan instansi lain yang bekerjasama dengan Baharkam Polri," singkatnya.
Setelah lulus Sespimmen pada 2015, perwira menengah (pamen) ini kembali ke Baharkam Polri dan diarahkan di Direktorat Binmas.
Selama di Jakarta, di samping sebagia perwira polri, Dilia juga melakoni diri sebagai dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi di Jakarta. Mulai dari Universitas Bhayangkara Bekasi Universitas Atmajaya.
Universitas Bhayangkara Bekasi Diliar mengajar beberapa mata kuliah seperti Cognitive Psychology, Konseling Theapeutic, Psikologi Forensik, Psikologi Kriminal. Selain dua perguruan tinggi itu, dia juga mengajar universitas lain di Jakarta yang memiliki fakultas psikologi.
Petualangan dinas Dilia tidak sampai di sana Mabes Polri. Dia dipromosikan jadi Kabag Psikologi Polda Sumbar selama 5,5 bulan. "Lalu saya pindah ke sini sebagai Kabagpsi Polda Jambi dari 9 April kemarin sampai sekarang ini," jelasnya.
Salah satu tugas penting yang dijalani Dilia, yakni ketika memberikan trauma healing korban longsor di Kabupaten Limapuluh Kota. "Sering juga mengikuti tim pemulihan korban bencana seperti di Sinabung. Terakhir bencana tanah longsor di 50 Kota Sumbar. Saya juga turun untuk melakukan trauma healing bagi anak-anak dan orang-orang yang terkena bencana," tutupnya. (DONI SAPUTRA/iil/JPG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar