Brilio.net - Usaha tak pernah mengkhianati hasil, begitu kata pepatah. Selalu ada jalan bagi orang-orang yang mau berusaha. Tidak melihat berbagai latar belakang kehidupan pribadinya.
Apa yang dilakukan oleh Rahmat Latif Bialangi, pemuda asal Gorontalo, dalam mengejar mimpi demi memperbaiki taraf hidup patut diteladani. Sulung dari empat bersaudara ini telah memancang cita-cita menjadi seorang pengusaha sejak kecil.
Semasa SD, pemuda kelahiran tahun 1989 ini terbiasa menjajakan kue dan es lilin keliling kampung. Rahmat tahu penghasilan orangtuanya pas-pasan, meski begitu dia dapat merasakan semangat orangtua yang ingin melihat anak-anaknya sekolah hingga jenjang yang tinggi.
Keinginan Rahmat kuliah di Makassar ditentang oleh ayahnya. Tak lain dikarenakan alasan belum benar-benar siap dalam hal pembiayaan. Ayahnya khawatir tak mampu mendanai hingga selesai, juga kebingungan jika kelak adik-adik Rahmat turut menuntut sekolah tinggi di luar daerah mengikuti kakaknya.
Tapi kemudian sebagai orangtua yang ingin melihat anaknya sukses, Rahmat mendapat izin. Pesan orangtuanya adalah agar Rahmat belajar sungguh-sungguh dan tidak ikut pergaulan bebas karena akan merugikan keluarganya.
Dari sinilah Rahmat memulai perjuangannya mewujudkan cita-cita. Berikut adalah kisah perjalanan yang ditempuhnya, berdasarkan wawancara via email brilio.net dengan yang bersangkutan. Foto-foto merupakan koleksi pribadi Rahmat Latif Bialangi.
1. Saat ke Makassar untuk kuliah di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Muslim Indonesia (UMI), Rahmat tidak dibekali kendaraan apapun.
2. Lika-liku kehidupan Rahmat selama kuliah.
"Saya hanya bermodal 4 kemeja yang bergantian saya pakai ke kampus. Harus jalan kaki sekitar 1 kilometer dari kos ke kampus. Kadang tidak makan pagi hingga siang untuk menghemat biaya hidup. Dan momen yang paling saya tidak bisa lupakan adalah suatu hari ketika bulan ramadhan saya sahur hanya dengan air putih karena ketika itu saya kehabisan uang sementara orangtua belum mengirimkan uang. Tapi semua itu saya jalani dengan ikhlas demi sebuah cita-cita yaitu membanggakan orantua dikemudian hari," aku Rahmat.
3. Beruntung saat memasuki semester dua Rahmat bisa mengurangi beban orangtua dengan mendapatkan beasiswa. Inisiatifnya mencari pekerjaan sampingan, meskipun dicibir teman-temannya larena dianggap terlalu mustahil, bisa dibuktikannya. Rahmat mendapat tempat sebagai wartawan media lokal ternama di daerahnya, Harian Fajar Makassar, di bagian pendidikan dan entertainment.
4. Berkat bekerja di sini, banyak sosok tenar ynag bisa ditemui, seperti Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Tak ketinggalan para pengisi panggung hiburan seperti Ungu, The Virgin, Marcel, Agnes Monika, Derby Romero. Dia juga bisa beli motor dari keringatnya di media ini.
5. Meski sibuk, Rahmat memegang teguh amanah orangtua agar selalu mendahulukan urusan kuliah. Rahmat menyelesaikan kuliah selama tiga tahun empat bulan. Setelah mendapat gelar Sarjana Sastra Inggris, dia memutuskan berhenti dari pekerjaan wartawan.
6. Rahmat mendapatkan penempatan di Kabupaten Pinrang oleh pekerjaan barunya sebagai karyawan bank. Tak lama pekerjaan ini digeluti, karena Rahmat menemui kejenuhan. Dia keluar meski belum mendapat pengganti.
7. Dia ingat mimpinya untuk menjadi pengusaha. Traveling dipilih sebagai bidang usaha yang akan digelutinya. Upaya mempresentasikan konsep jasa pariwisatanya ke sekolah-sekolah dia lakukan. Usahanya bernama Andrasta Tour & Travel. Dalam kurun satu tahun, Rahmat telah menangani tujuh rombongan studi tour bahkan hingga ke Kuala Lumpur dan Singapura.
8. Pengalaman pertama kali menangani study tour, Rahmat kaget dengan dana sisa yang mencapai Rp 40 juta. Sebagai bentuk syukur, sebagian uang itu digunakan untuk umrah, sebagian lainnya dikirim untuk orangtua.
9. Berkat kerja kerasnya, Rahmat bisa membahagiakan keluarganya.
"Alhamdulillah hingga saat ini saya bersyukur dengan penghasilan yang saya dapatkan, saya bisa umrah, menghajikan ibu saya, membeli tanah, mengajak bapak nonton piala dunia, menghadiahi adik saya bulan madu di Kuala lumpur dan Singapura, bisa beli mobil sendiri, dan punya tabungan," terang Rahmat.
10. Memasuki usia 26 tahun, Rahmat menjajal bisnis developer perumahan di Gorontalo.
"Menyadari bahwa saya belum berpengalaman di bidang property, saya pun berinisiatif bergabung di DPD REI Indonesia, organisasi developer property untuk belajar pada para pengembang senior. Saya masuk jajaran pengurus DPD REI Gorontalo sebagai wakil bendahara. Saya pun termasuk developer termuda se-Indonesia Timur yang mendirikan usaha property dari nol bukan mewarisi usaha orangtua atau keluarga," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar