Senin, 29 Mei 2017

Portland hingga Anggota Banser, Kisah 7 Pahlawan Kemanusiaan

Malam Natal, 24 Desember tahun 2000. Bersama empat rekannya, Riyanto mendapatkan tugas menjaga Gereja Eben Haezar Mojokerto.

Mereka bukanlah anggota polisi atau tentara, melainkan anggota Banser satuan koordinasi cabang Kabupaten Mojokerto.

Kala itu, di tengah maraknya teror bom, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor memang menginstruksikan jajarannya, untuk membantu polisi menjaga dan mengamankan perayaan Natal umat Kristiani.

Mengenang Riyanto, Banser yang Tewas Memeluk Bom di Malam Natal | foto : Facebook

Saat itu pukul 20.30 WIB. Perjalanan ibadah baru separuhnya berjalan. Tiba-tiba ada yang menyampaikan kabar bahwa di depan pintu gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan.

Mendengar hal itu, Riyanto membuka bungkusan tersebut. Ternyata isinya kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api.

Mungkin saat itu, Riyanto tahu bahwa itu adalah bom. Meski punya kesempatan untuk kabur sesegera mungkin, ia malah berteriak "Tiarap!", sambil lari mendekap bungkusan tersebut menjauh dari gereja.

Ledakan kemudian terjadi. Tubuh Riyanto terpental hingga seratusan meter. Kuatnya daya ledak, merobohkan pagar beton gereja. Jari tangan dan muka Riyanto hancur.

Ia meninggal untuk menyelamatkan banyak nyawa -- ratusan jemaat yang ada di dalam gereja, juga mereka yang berpotensi jadi korban akibat kerukunan yang kembali terkoyak.

Pada saat kejadian, Riyanto baru berusia 25 tahun, tetapi keberaniannya patut diacungi jempol.

"Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya," kata Gus Dur, seperti dikutip dari situs nu.or.id.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search