Senin, 29 Mei 2017

TOP FILES: Epos yang Terpendam, Medali Emas Paralimpiade Pertama Indonesia dari Toronto ...

BICARA pahlawan olahraga Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia akan menyebut Susi Susanti, pebulutangkis tunggal putri penyumbang medali emas pertama buat Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992. Atau para pesepakbola legendaris macam Ramang, R Maladi, hingga Maulwi Saelan.

3 Srikandi: Nurfitriyana Saiman Lantang, Kusuma Wardhani dan Lilies Handayani juga tercatat sebagai pahlawan olahraga, sebagai penyumbang medali pertama buat Indonesia di Olimpiade Seoul 1988, meski hanya perak dari cabang panahan nomor beregu putri.

BERITA REKOMENDASI


Namun masih ada epos atau kisah kepahlawanan yang selama ini terpendam. Kisah tentang medali emas pertama di ajang pesta olahraga akbar- khusus untuk penyandang cacat yang kini lazim disebut Paralimpiade.

Kisah yang sedianya tak kalah gilang gemilang yang terjadi 12 tahun sebelum 3 Srikandi membawa oleh-oleh medali olimpiade pertama buat Indonesia. Kisah tentang perjuangan dua atlet disabilitas, Itria Dini dan Syarifuddin yang tentunya, asing di telinga kebanyakan manusia Indonesia.

Padahal, mereka sudah lebih dulu, seperti yang disebutkan di atas, 12 tahun lebih awal mempersembahkan medali dua medali emas pertama buat Ibu Pertiwi di Paralimpiade Toronto (Kanada) 1976.

Ajang yang dulu sedianya belum disebut paralimpiade, melainkan masih "Torontolympiad" yang digelar 2 hari pasca-pesta penutupan Olimpiade Montréal (Kanada) di tahun yang sama.

Ajang di tahun 1976 itu adalah edisi kelima sejak dimulainya Paralimpiade I di Kota Roma, Italia pada 1960. Di Paralimpiade Toronto 1976 (4-12 Agustus), hanya 13 cabang dipertandingkan yang diikuti 40 negara, termasuk Indonesia yang mengirim 12 atlet untuk turun di 3 cabang saja.

Tidak berlebihan tapi ternyata bisa pulang dengan kebanggaan. Total, 2 medali emas, 1 perak dan 3 perunggu diraih dan menempati posisi 26 klasemen akhir paralimpiade, tepat satu tempat di bawah Italia dan lebih baik ketimbang Korea Selatan (Korsel), Brasil dan Yunani.

Dua emas disumbangkan Itria Dini di cabang atletik kategori lempar lembing putra Kategori F. Satu lagi berlabuh ke genggaman Syarifuddin di cabang Lawn Bawls putra Kategori E.

Adapun sekeping medali perak disumbangkan Ashari dari cabang atletik nomor 100 meter putra Kategori E. Itria Dini juga kembali turun di nomor tolak peluru putra Kategori F dan mempersembahkan medali perunggu.

Sementara dua perunggu lainnya direbut Saneng Hanafi di cabang atletik nomor lempar cakram dan lembar lembing Kategori F. Tradisi emas berkelanjutan di Paralimpiade Arnhem (Belanda) 1980 yang sayangnya belum bisa diteruskan hingga edisi terakhir di Paralimpiade Rio de Janeiro (Brasil) 2016 lalu.

[embedded content]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search