Laporan wartawan Tribun Jambi, Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM - Aminah terlihat sumringah, senyumnya lepas. Ia bergegas berganti baju gamis saat Lena anak perempuannya mengunjungi. Perempuan tua itu dua hari pamit dari Panti Jompo Budi Lubur untuk keliling lebaran bersama anak cucu.
Di ujung depan, di dalam wisma 01, sederet dengan wisma Aminah, Agus Mulyono tinggal. Tubuh renta itu hidup sendiri tanpa anak tanpa istri, tanpa saudara. Idul Fitri ini ia sepi. "Saya lebih seneng begini. Di sini saya hidup nyaman," kata lelaki 87 tahun itu tenang.
Tak tahu apa dalam hati yang ia simpan. Apakah ia ingin menepis, bahwasannya yang dirasakan Aminah bukanlah yang ia inginkan.
Tahun ini ke 12 kali Agus melewati lebaran di panti Budi Luhur. Ia masih sama seperti sebelumnya, masih sendiri. Dan dia berulangkali bilang, "Saya nyaman seperti ini. Prinsip saya, saya tak mau merepotkan orang lain."
Sejak Siti Aminah, istrinya meninggal pada 1995, ia mulai membiasakan hidup sendiri. Agus tak punya anak kandung, ia punya tiga anak angkat yang tinggal dengan mapan.
"Anak saya ada yang jadi guru, jadi bidan, mereka jadi orang (sukses) semua," katanya.
Namun ia tetap memilih hidup sendiri. Untuk mengisi kesendirian, Agus menyibukkan diri dengan jadwal di Panti Budi Luhur, selebihnya ia berkutat dengan tanaman, ia senang menanam. Bunga-bunga dia wisma banyak yang ia tanam.
"Di makam saya juga tanami pohon, jambu, nangka, buahnya besar-besar, tapi saya belum pernah makannya. Yang makan bukan saya," kata pria asal Demak ini.
Agus bukanlah lelaki perkasa, perawakannya jauh dari itu. Badannya kurus, bungkuk, ringkih, matanya cekung dimakan usia. Namun ia masih awas, pendengarannya jelas, dan ia masih punya ingatan kuat.
Kesendirian membuat Agus melakukan semua sendiri, mencuci sendiri, masak sendiri. Sore ini, ia mau masak kerutup daun dan kembang pepaya, yang dicampur cepokak. Ditumis dengan irisan bawang dan cabai. Menu sederhan itu akan ia santap untuk buka puasa Syawal sore nanti.
"Saya senang makan seperti ini. Saya tak makan ayam atau daging. Masakan pakai santan saya juga tak suka," kata Agus.
Di usianya yang sudah senja, ia masih rutin puasa Senin Kamis d puasa sunnah lainnya. Tubuh tua itu pun ingin menunjukkan ia masih perkasa.(teguh suprayitno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar