Skizoafektif adalah suatu gangguan kejiwaan yang merupakan kombinasi dari dua gejala gangguan jiwa lainnya, yakni skizofrenia dan gangguan mood. Dikutip dari Mayo Clinic, pasien gangguan skizoafektif bisa mengalami delusi dan halusinasi sekaligus perubahan mood dari mania menjadi depresi secara bersamaan.
Beberapa gejala skizoafektif antara lain adalah delusi, halusinasi, depresi dan meracau. Pasien skizoafektif juga rentan memiliki keinginan bunuh diri dan tidak bisa melakukan fungsi kesehariannya dengan normal.
"Yang bersangkutan kurang memahami nilai dan risiko tindakan serta mengarahkan tindakannya. Bahasa kedokterannya begitu," ujar Kapolsek Tamansari AKBP Erick Frendriz, kepada detikcom, Jumat (16/6/2017).
VM bukan satu-satunya pasien skizoafektif di Indonesia dan dunia. detikHealth pun merangkum beberapa kisah inspiratif yang datang dari pasien skizoafektif. Apa saja?
Baca juga:VM Wanita Nyaris Bugil Mengidap Gangguan Jiwa Skizoafektif, Apa Itu?
1. Bambang
Bambang Rujito (46) didiagnosis skizoafektif pada tahun 1996. Hingga ia menikah, Bambang masih menyembunyikan gangguan jiwa yang diidapnya. Yatmi (48), istri Bambang, baru mengetahui suaminya mengidap skizoafektif setelah 2 tahun menikah.
Bambang pengidap skizoafektif dan istrinya, Yatmi. (Foto: Radian Nyi Sukmasari) |
Baca juga: Sempat Dirawat di RSJ, Ini Kisah Bambang Sembuh dari Skizoafektif
Dalam menghadapi Bambang yang mengidap skizoafektif, Yatmi mengatakan dirinya hanya berusaha sabar, ikhlas, dan pasrah. Ia yakin bahwa segala sesuatu yang ia miliki harus dijaga. Begitupun suami, menurut Yatmi, setelah akad, Bambang sudah menjadi miliknya hingga ia harus menerima kondisi Bambang dengan ikhlas dan sabar. "Itu sudah skenario Tuhan," ujar Yatmi.
Bambang mengatakan, salah satu penyebab dirinya mengalami skizoafektif yakni putus cinta dan pastinya ada permasalahan yang lain. Awal mengalami skizoafektif, Bambang sering tidak bisa tidur semalaman dan merasa pusing. Namun, dengan rutin konsumsi obat, kini Bambang bisa mudah tidur bahkan konsumsi obat-obatan pun sudah disetop.
2. Esme Weijun Wang
Saat menempuh penerbangan internasional, Esme Weijun Wang (32) tiba-tiba merasa tidak sadarkan diri. Setelah pulang ke rumah, selama seminggu ia merasa tubuhnya kurang fit. Hingga akhirnya Esme mengatakan pada sang suami bahwa dirinya sudah meninggal.
"Saya yakin bahwa saya telah meninggal saat penerbangan itu dan setelahnya saya berada di akhirat. Dari situlah saya yakin bahwa saya sudah mati. Tapi saya tidak bingung atau marah sebab saya bisa melakukan hal-hal yang lebih baik," tutur Esme kepada The Washington Post.
Baca juga: Wanita Ini Sebut Dirinya Sudah Meninggal Akibat Sindrom Langka
Beruntung, kurang dari dua bulan setelah menyatakan dirinya mati, Esme segara diajak berkonsultasi ke psikiater. Ia pun didiagnosis sindrom Cotard. Dengan penanganan tepat, delusi yang ia alami perlahan pudar.
Kebetulan, pada kasus Esme, ia juga didiagnosis gangguan bipolar dan skizoafektif di tahun 2013.
3. Jen Felming-Ives
Sejak usia 15 tahun, Jen Felming-Ives sudah mengalami gangguan mental meskipun tidak terlalu parah. Namun sejak menikah, penyakitnya menjadi lebih serius dan didiagnosis dengan skizoafektif.
Jen adalah ibu tunggal yang harus berjuang melawan skizoafektif (Foto: Martha Felming-Ives) |
Baca juga: Saat Keseharian Single Mother dengan Skizoafektif Diabadikan dalam Foto
"Menjadi hal yang rumit ketika Anda punya anggota keluarga dengan masalah mental. Ada rasa cinta, bersalah, dan marah menjadi satu. Tapi ketika kita melihat lebih dalam lagi dan melihat sisi lain orang dengan masalah mental, pasti Anda menemukan sesuatu yang berharga di sana," tutur Martha, adik Jen, dalam situs pribadinya marthaflemingives.com
Martha yang juga seorang seniman menyusun beragam foto, catatan kehidupan Jen, dan kolase dari keseharian Jen yang kemudian ia satukan dalam rangkaian foto berjudul Red Parts Whole.(mrs/up)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar