Senin, 14 Agustus 2017

Kisah Petrus, mayat-mayat terapung di Kampung Laut Cilacap sisa Orba

Merdeka.com - Hasanuddin berusia 4 tahun ketika orangtuanya memutuskan pindah dari Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu ke Desa Klaces, Kampung Laut pada tahun 1970. Saat itu Kampung Laut masih lahan kosong, wingit dirimbuni semak-semak, bagian dari pulau penjara yang tersohor menakutkan, Nusakambangan.

Di desa yang berhadapan langsung dengan perairan Segara Anakan, empat puluh tujuh tahun lalu, hanya terdapat 14 keluarga yang membangun rumah panggung dengan jarak saling berjauhan.

Hasanuddin mengenang di tahun 1980, hampir saban hari warga mendapati 2-3 mayat terapung di Segara Anakan. Mayat-mayat itu membusuk bersama sampah dibawa arus dari sungai Citanduy, Cikonde dan Cimeneng. Tak jarang, di antara mayat-mayat itu memiliki kesamaan yakni bertato di tubuhnya.

"Waktu itu yang sering terdengar terkait peristiwa Petrus. Wajar memang kalau mayat-mayat itu sampai ke sini (Kampung Laut), Segara Anakan kan hilir dari tiga sungai," katanya saat ditemui Merdeka.com di kediamannya di Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Minggu (13/8).

Petrus sendiri merupakan akronim dari penembak misterius dan disebut-sebut sebagai operasi rahasia pemerintahan Soeharto pada awal tahun 1980-an hingga awal 1985. Operasi ini pada mulanya untuk menanggulangi tingkat kriminalitas yang begitu tinggi waktu itu.

Petrus merupakan operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah. 10.000 Jiwa menjadi korban sampai Amnesti Internasional mengecam bahwa petrus satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang brutal dan transparan.

Mayat-mayat terapung itu, seingat Hasanuddin banyak dimakamkan warga di tanah timbul yang kini menjadi tanah didirikannya Kantor Kecamatan Kampung Laut dan sebagian lain di tanah Pos Angkatan Laut di dekat dermaga Desa Klaces. Tak ayal, di Klaces yang kini telah padat pemukiman, dua lokasi itu kerap terjadi peristiwa-peristiwa aneh.

Keanehan yang terjadi, kadang di malam hari ada warga yang mendengar rintihan atau sayup-sayup tidak tangisan. Suatu kali ada orang pintar yang mengatakan di dua tempat tersebut memang banyak makhluk halus berdiam.

Keluarga Hasanuddin juga pernah mengalami persitiwa aneh kurang lebih setahun terakhir lalu. Suatu malam adiknya yang tinggal di belakang kantor kecamatan Kampung Laut mendengar suara tangisan yang sumbernya tak jelas. Pagi hari, ketika Hasanuddin membuat aliran mata air, saat mencangkul ia menemukan tulang belulang rangka manusia tepat di belakang halaman rumahnya.

"Saya sendiri yang lantas menguburkan kerangka itu. Jelas tengkorak manusia," katanya.

Kisah-kisah mayat terapung di Kampung Laut, telah menjadi kisah tersendiri dalam hidup Hasanuddin. Kini desa Klaces Kampung Laut memang tak sesunyi 50 tahun silam. Bahkan di wilayah desa ini, jumlah penduduk makin meningkat tak hanya di sekitar segara anakan.

Di ujung barat wilayah Nusakambanga yaitu kawasan Selok Jero semisal, telah menjadi daerah untuk lahan pertanian para penduduk liar. Penduduk-penduduk ini semula berasal dari Kecamatan Patimuan Cilacap dan Jawa Barat (Tasik Malaya, Ciamis dan Banjar Patoman) dan sampai saat ini sudah mencapai kurang lebih 225 KK. [rhm]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search