Selasa, 12 September 2017

Kisah Mantan Aktivis Buruh Membangun Kampung Kue Tradisional

Surabaya - Butuh waktu panjang dan jatuh bangun awal berdirinya kampung kue di Rungkut Lor II Surabaya, ini. Sebagian besar warga tidak memiliki modal yang cukup. Namun akhirnya dibangun sebuah unit simpan pinjam kecil-kecilan.

Usaha itu membuahkan hasil kini. Banyak warga yang tertolong untuk terus memproduksi kue dari unit simpan pinjam ini. Kini, beberapa warga sudah mandiri. Unit usaha simpan pinjam pun telah menjadi koperasi yang resmi. Anggotanya pun dari beberapa orang, kini berjumlah 65 orang.

"Di awal kami hanya bisa urunan satu orang Rp 50.000, karena kondisi ekonomi saat itu masih belum memungkinkan untuk mengumpulkan lebih," ujar Choirul Mahpuduah, penggagas Kampung Kue Surabaya kepada detikcom di kawasan Rungkut Lor, Selasa (12/9/2017).

Irul, sapaan akrabnya, menceritakan ibu-ibu di Rungkut Lor akhirnya mendirikan unit usaha simpan pinjam. Saat itu, dana pertama yang terkumpul hanya Rp 150 ribu per kelompok. Meski sedikit, dana tersebut bisa memenuhi kebutuhan anggotanya.

"Misal, ada yang datang mau beli teflon untuk bikin kue, pinjem uang Rp 100 ribu, lalu buat kue dan dijual. Keuntungannya dikembalikan lagi ke unit simpan pinjam," jelasnya.

Baca Juga: Melihat Kesibukan Kampung Kue Tradisional di Surabaya Sejak Pagi

Tanpa kenal lelah, warga terus menekuni usaha mereka. Bahkan usaha menjual kue ini sebagian besar telah menjadi pekerjaan utama mereka setelah keluar dari pabrik. Dengan bantuan promosi dari pemerintah dan pihak-pihak terkait yang peduli, serta usaha promosi warga kampung kue sendiri, jajanan pasar yang mereka buat semakin terkenal. Hal ini kemudian berpengaruh pada jumlah iuran yang mereka berikan.

"Ada yang akhirnya bisa sumbang lebih, ya disumbangkan untuk membantu teman-teman yang lain," ujar Choirul.

Selain itu, semakin banyak warga yang ingin bergabung dengan unit usaha ini. Mereka sama-sama ingin membuat kue, karena melihat cerita keberhasilan rekan mereka. "Akhirnya banyak yang telepon untuk gabung, bahkan datang sendiri untuk bergabung. Sekarang sudah ada 65 orang yang tergabung bersama kami dalam koperasi resmi," ujarnya.

Menurut Irul, selain nama kampung kue yang semakin terkenal, saat ini pinjaman yang bisa mereka berikan untuk anggota saat tak punya modal bisa mencapai Rp 5 juta. "Yang dulunya masih pinjam dari koperasi, sekarang sudah bisa mandiri, akhirnya orang lain lagi yang mendapat giliran bantuan," ujar mantan aktivis buruh ini.

Hal ini, jelas Choirul, berkat kerja keras dan ketekunan para anggota. "Selama kita berbisnis dengan tekun dan untuk kebaikan lingkungan sekitar, Allah pasti akan mendatangkan rezekinya. Kita pasti cukup," pungkasnya.
(fat/fat)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search