PEKALONGAN - Darkiyem (69) atau warga memanggilnya Mbah Rendeng adalah nenek tua yang telah ditinggal mati suaminya. Dia tidak punya anak dan hidup sebatang kara. Dia adalah warga RT 22/RW 05, Desa Wonokerto, Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Meski hidup sebatang kara, di usia senjanya dia tetap bekerja untuk menyambung hidup. Sehari-harinya membersihkan Musala Roudlotul Jannah dan mengumpulkan barang bekas dan plastik untuk dijual ke pengepul. Dia tinggal di bekas gudang udang berukuran 3x3 meter atau 9 meter persegi. Rumahnya yang sempit di dekat laut itu juga sering terkena banjir rob. Dia tetap semangat meski hidup sebatang kara dengan segala keterbatasan. Dia juga tak mau berpangku tangan dan punya semangat hidup. Di mata warga sekitar, Mbah Rendeng yang dikenal baik. Dia juga berada di lingkungan dengan warga yang peduli terhadapnya. Banyak warga yang menolong, mulai dari saat sakit hinga mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. "Kalau saya sakit, saya disuntik pak mantri kesehatan. Tidak mau dibayar," tutur Mbah Rendeng. Dia mengaku tidak menerima bantuan dari pihak pemerintah. Justru warga sekitar yang banyak membantunya. Justru warga sekitar yang banyak membantunya. "Yang kerap membantu ya warga-warga sini. Pak manten (Mantan Kades), Pak Guru dan Pak kaji serta tetangga dan para nelayan yang pulang dari laut," jelasnya. Dari pengakuan Mbah Rendeng, saat mendapatkan kiriman nasi dari tetangganya, terkadang disimpan berhari-hari dan kemudian baru dimakan. Tidak peduli makanan tersebut sudah basi. "Kan biasanya banyak dikasih warga. Sebagai persediaan saya sisihkan untuk besok-besoknya. Yo mambu (basi). Tapi gimana lagi," katanya. Secara terpisah, Sudaryanto, Ketua Pengurus Musala Roudlotul Jannah, mengakui semangat hidup dari Mbah Rendeng sangat tinggi. Apapun dilakukan semampunya untuk bertahan hidup. "Dia rajin beribadah. Biasanya kalau pagi sekitar pukul sembilan, dia bersih-bersih musala sini. Sampai salat dhuhur baru pulang," kata Sudaryanto, seperti dikutip GoNews.co dari detik.com Dia menambahkan, sosok Mbah Rendeng dikenal baik oleh warga setempat. "Dia sering membantu dengan ikhlas. Makanya warga juga sering mengirimi masakan untuk Mbah Rendeng," jelasnya. Sudaryanto sendiri mengakui dirinya tidak tega saat melihat Mbah Rendeng sakit dengan kondisi tempat tinggalnya. "Di sekitar musala ada tanah kosong, kalau pemikiran saya biar dibuatkan rumah di sekitar itu. Namun, kita juga lagi nunggu musyawarah warga karena kita juga terbentur dana," katanya.
*** loading...
Let's block ads! (Why?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar