Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Minggu, 19 Desember 1948, Agresi Militer Belanda II membuat Kota Yogyakarta yang semula tenang berubah tegang.
Suara berondongan tembakan dari pesawat cocor merah atau Mustang P-51 membuat warga panik.
Pasukan Belanda bergerak memasuki jantung kota dari lapangan udara Maguwo.
Sebuah pabrik peniti di Lempuyangan yang dikira markas tentara hancur dibom.
Jenderal Soedirman saat itu terbaring sakit akibat tuberculosis di kamar rumah dinas, Jalan Bintaran Timur 8.
Mendengar rentetan tembakan dan suara pesawat, Panglima Besar TNI ini seketika bangkit dengan wajah merah.
Sang istri, Alfiah, juga dokter pribadi Mayor Suwondo, sigap menahan tubuh ringkih Soedirman yang sempoyongan karena memaksa berdiri.
"Panglima marah saat tahu pasukan Belanda menyerang kota. Belanda telah berkhianat," ungkap Mayor Purnawirawan Abu Arifin di kediamannya, Kecamatan Padamara, Purbalingga, Jumat (6/10/2017).
Abu Arifin yang sekarang berusia 97 tahun merupakan Ajudan II Jenderal Soedirman saat Belanda melancarkan Agresi Militer Kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar