Selasa, 12 Desember 2017

Ketua KPK Sayangkan Kisah Korupsi Masa Lalu Tak Diajarkan ke Siswa

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo menyayangkan cerita tentang kasus korupsi masa lalu yang tidak masuk dalam materi pembelajaran di sekolah.

Agus menyinggung soal cerita korupsi era Pangeran Diponegoro yang tertulis pada buku "Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia, dari Daendles (1808-1811) sampai Era Reformasi" karya Peter Carey dan Suhardiyoto Haryadi.

Pada buku tersebut salah satunya mengkisahkan Pangeran Diponegoro menampar dengan selop Patih Yogya yang dianggap munafik serta korup, Danurejo IV, yang menjabat tahun 1813-1847.

(Baca juga : Jokowi Heran Banyak Pejabat Ditangkap, tetapi Korupsi Terus Ada)

Hal itu terjadi ketika pertengkaran tentang penyewaan tanah kerajaan kepada orang Eropa, sebelum perang Jawa.

Agus mengatakan, berdasarkan kisah itu, korupsi sebenarnya sudah ada sejak lama di bangsa ini.

"Sayangnya informasi ini enggak kita dapatkan waktu belajar si sekolah," kata Agus dalam sambutan di acara Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Harkodia) dan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (12/12/2017).

(baca: Ketua KPK Bangga Indeks Persepsi Korupsi RI Nomor Tiga di ASEAN)

Agus mengajak semua pihak menjadikan korupsi sebagai suatu ancaman besar. Dalam ajaran Islam, kata dia, Nabi Muhammad SAW membenci korupsi.

Namun, dia menilai, masih banyak yang tidak meneladani sikap Nabi yang membenci korupsi tersebut.

Dalam kesempatan ini, Agus juga menyampaikan indeks persepsi korupsi Indonesia. Tahun 2017, Indonesia berada di posisi ke tiga dalam hal IPK di ASEAN.

Prestasi ini, kata dia, meningkat jika merujuk pascaIndonesia lepas dari Orde Baru. Pada saat itu, dari skala 100, IPK Indonesia baru di angka 17.

Angka itu kalah dari Thailand yang menempati angka 32, Filipina 36, Malaysia 51, Singapura sekitar 87 atau 90.

Sekarang ini, IPK Indonesia sudah di angka 37. Sementara Thailand dan Filipina yang dulu berada di atas kini di bawah Indonesia.

Sementara Malaysia yang berada di posisi kedua, meski masih di atas Indonesia, tetapi IPK-nya turun jika dibanding tahun 1999.

"Kalau dulu tahun 1999 dia (di angka) 51, terakhir (IPK) dia 49. Kita sudah naik 37, jadi nomor 3 di ASEAN. Patut kita syukuri. Mari kita jadikan korupsi ancaman bagi kita," ujar Agus.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search