Rabu, 27 Desember 2017

Kisah Jurnalis Serambinews.com Dikejar Tsunami, Menyaksikan Mayat-mayat Bergelimpangan

TRIBUNPEKANBARU.COM, BANDA ACEH - Saya berusaha menenangkan diri dan berpikir bagaimana jika seandainya air laut benar-benar menyentuh lantai dua masjid. Akhirnya timbul ide. Saya mengajak teman yang senasib, namanya Ustaz Mulyadi yang juga ketua remaja masjid.

Kami mencari tangga, dan dengan tangga tersebut, kami mengevakuasi semua warga di lantai dua naik ke atap masjid, dekat dengan kubah. Kami dahulukan anak-anak dan perempuan baru kemudian laki-laki. Sekitar 50 orang berhasil kami evakuasi naik ke atap masjid.

Selebihnya memilih bertahan di lantai dua. Saya dan orang-orang kemudian duduk mengitari pinggiran kubah di puncak masjid, saya melihat sejauh mata memandang wilayah pesisir Banda Aceh seperti Gampong Deyah Raya di Syiah Kuala, Alue Naga, Tibang, Lampulo, Lamdingin, Lingke,  Ule Lheue, Gampong Jawa dan wilayah pesisir Baet, Kajhu, semuanya sudah bagai lautan.

Saya tidak bisa membedakan lagi mana batas wilayah. Saya juga menyaksikan beberapa kali air laut surut lalu disusul gelombang laut yang lebih tinggi menerjang daratan.

Cerita yang lebih miris lagi, dari atas masjid saya melihat ada seorang gadis terjebak dalam puing-puing material bangunan.

Tubuhnya tak berdaya. Tapi ia terus berusaha untuk keluar dari puing-puing. Tapi nahas, gelombang laut yang datang berikutnya memupuskan harapannya. Gadis itu hilang digulung ombak yang datang lebih tinggi dari dua gelombang sebelumnya.

Sedih dan merasa bersalah. Saya tak punya kuasa untuk menolongnya. Sekitar empat jam kami berada di atas puncak masjid dan dengan mata telanjang kami menyaksikan detik demi detik peristiwa yang maha dahsyat itu terjadi dari atas ketinggian atap masjid.

Saat itu saya sempat berpikir, kalau seandainya saja masjid ini runtuh, saya memutuskan untuk lebih dulu melompat. Tapi akhirnya saya sadar, ide itu sebuah kekonyolan saya berpikir.

Di bawah air yang menutupinya, ternyata banyak puing bangunan, seng dan benda tajam lainnya yang bisa melukai saya. Untung saja saya tidak jadi melompat.

Setelah lima jam berada di atas masjid, air yang menggenangi desa 4-6 meter kembali surut dengan menyedot semua puing-puing kembali ke laut, dengan begitu cepat.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search