Mitos versi kedua, pada masa zaman penjajahan, terjadi peperangan di Purwokerto. Lantas, beberapa hari kemudian, ditemukan sesosok jazad "nyangsang" di pohon beringin besar.
Kemungkinan, tubuh yang ditemukan itu adalah jazad pejuang yang bersembunyi ketika terluka dalam perjuangan. "Kemudian dimakamkan di sini," tuturnya.
Versi lainnya diceritakan oleh Kukuh Hasan Surya (28), warga Mersi, Purwokerto. Berkebalikan dengan cerita versi Karto Suwito, Kukuh justru mendengar bahwa Ragasemangsang adalah tokoh antagonis.
Ceritanya, Ragasemangsang adalah penjahat, garong, bromocorah yang kerap membuat onar. Tetapi ia sakti sehingga tak ada yang bisa mengalahkannya. Ia hanya bisa mati jika tubuhnya digantung tanpa menyentuh tanah.
Lantas, seorang lakon protagonis bernama Kyai Pekih mengalahkan Ragasemangsang. Kemudian tubuhnya digantung di pohon beringin yang letaknya berada di dekat alun-alun. Ragasemangsang dimakamkan di bawah pohon beringin yang kini menjadi jalan.
"Kyai Pekih sendiri dimakamkan di pemakaman di Jalan Pekih, barat Alun-alun. Jadi makam Kyai Pekih memang ada," Kukuh menjelaskan.
Versi lain yang dikisahkan Kukuh lebih mewakili kids zaman now. Ceritanya pada masa perjuangan kemerdekaan, ada seorang pejuang yang jatuh menyangkut di pohon beringin alun-alun.
Saat diturunkan, ia sudah meninggal. Sebab itu, pejuang itu disebut sebagai Ragasemangsang, atau tubuh yang menyangkut. Lantas jazadnya dikebumikan di makam tengah jalan. Cerita itu juga dibumbui dengan kepahlawanan dan keberanian pemuda zaman kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar