SURYA.co.id | SURABAYA - Menyiapkan sebuah pementasan yang mengangkat sebuah kisah nyata tentu tidaklah mudah. Selain dituntut agar cerita tak lepas dari kondisi saat peristiwa tersebut terjadi, juga perlu membuat kostum yang diharapkan sesuai dengan kondisi aslinya.
Situasi menjadi makin tidak mudah ketika pementasan itu harus digelar dengan persiapan yang sangat mendesak. Namun, dengan niatan memberi sajian yang terbaik, para penari balet yang bernaung di bawah bendera Premiere School of Ballet ini pun berlatih maksimal hingga saat pementasan tiba pada Sabtu (24/2/2018) nanti.
Pertunjukan yang digelar di Ciputra Hall Performing Arts Centre kali ini memang spesial lantaran digelar untuk turut memeriahan Tahun Baru Imlek 2018.
"Biasanya kami menyajikan karya setiap satu-dua tahun sekali. Padahal pementasan terakhir kami baru diadakan akhir Juli 2017," kata Sylvi Panggawean ST ARAD RAD pengelola Premiere School of Ballet kepada Surya, Sabtu (17/2/2018).
Hanya dalam waktu dua minggu Sylvi memilih cerita lewat internet dan langsung mengadaptasinya dalam bentuk cerita skenario. Rangkaian berikutnya yang dilakukan adalah menentukan musik pengiring beserta membuat koreografinya sekaligus.
Yang tak kalah rumit saat mempersiapkan pentas bertajuk The White Haired Girl ini adalah menetapkan pemainnya. "Setiap pementasan biasanya didukung oleh 150-an pebalet. Tetapi, karena kebetulan sedang banyak yang menghadapi ujian maka dimampatkan jadi hanya 80 penari," ungkapnya.
Kerumitan lain yang dihadapi Sylvi adalah mendesaik kostum buat para pemainnya. "Baju berlengan serta bentuk celana yang lebar ini justru mengganggu gerakan tari," cetus Melisa Sugianto yang memerankan tokoh Xi Er.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar