Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang perempuan tua terbaring di atas karpet tipis bergambar tokoh animasi Frozen, Elsa dan Anna. Di bawah karpet tipis itu terlihat selembar kardus yang digelar sebagai alas karpet untuk mengurangi dingin lantai keramik yang lembab.
Hampir dua jam lebih dia terbaring di atas karpet di Kantor Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Kepalanya direbahkan di atas pelampung berwarna oranye yang dilipat sebagai bantal.
Saat ditemui CNNIndonesia.com, perempuan berambut putih itu hanya terdiam.
Tan Merry, nama perempuan itu. Dia merupakan warga warga Rt 001/ Rw 007, Tanah Rendah, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Kata putra kedua Tan Merry, Tan Tjoan Hok alias Fredy, yang mendampingi, usia ibunya 70 tahun.
Tan Merry menderita stroke. Dia baru dievakuasi oleh tim SAR DKI Jakarta, Rabu (7/2) pagi. Sejak air merendam rumah mereka, Senin (5/2), Tan Merry terjebak di dalam rumah bersama putrinya, Sunarti. Dua hari dua malam, Tan Merry terjebak kepungan banjir.
"Dievakuasi pukul 07.30 WIB dan dibawa ke puskesmas pukul 08.00, namun karena tidak ada ruangan kosong, diungsikan ke selasar kantor kelurahan Kampung Melayu," kata Fredy kepada CNNIndonesia.com.
Selain minimnya ruangan, Tan Merry juga belum mendapat pelayanan kesehatan dari petugas Puskesmas Kampung Melayu. Kata Fredy dan Sunarti, Puskesmas tak dapat melayani Tan Merry karena dia tidak memiliki dokumen kependudukan seperti KTP. Tak hanya itu, Tan Merry juga tak punya kartu BPJS Kesehatan.
Dengan kondisinya yang rentan, Tan Merry untuk sementara diungsikan ke selasar Kelurahan Kampung Melayu. Keluarga masih mengurus administrasi agar Tan Merry segera mendapatkan perawatan medis.
"Mama sudah lama sakit stroke, kira-kira sudah dua tahunan. Mama sempat tidak sadarkan diri kemarin, selama 20 menit tapi puji syukur masih bisa ketolong," kata Sunarti menyela perbincangan.
Freddy bercerita, Tan Merry sebenarnya memiliki semua dokumen kependudukan. Namun, dokumen-domuken itu hilang saat kebakaran melanda rumah mereka beberapa waktu lalu.
"Kartu BPJS mama sudah tidak ada, karena dulu rumah sempat kebakaran dan fotokopinya sudah hanyut bersama banjir, kalaupun ada mungkin di adik saya tapi dia tidak tinggal dengan kami," kata dia.
Tan Merry dan keluarga tinggal di Tanah Rendah sejak tahun 1950-an. Sejak 2005 Tan Merry hidup menjanda. Di Tanah Rendah, Tan Merry dirawat oleh dua anaknya, Freddy dan Sunarti. Empat anak lainnya tinggal di luar Kampung Melayu.
Hidup di kawasan rawan banjir, bantaran Kali Ciliwung, menyebabkan rumah mereka menjadi langganan banjir setiap tahun.
Diakui Fredy, beberapa kali pemerintah provinsi menawarkan untuk merelokasi mereka. Tapi, keluarga menolak karena lokasi perumahan atau Rusun tempat relokasi terlalu jauh. Pindah rumah, bukanlah pilihan, karena Fredy tak mampu membeli rumah dengan alasan ekonomi.
"Pernah mau dipindah ke (Rusun) Rawa Bebek, jauh," katanya.
Sunarti mengaku takut jika sewaktu-waktu penyakit ibunya kambuh dan tidak dapat tertolong karena tidak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai.
"Saya takut kalau kambuh tiba-tiba apalagi kondisi banjir gini, cuacanya dingin, takut mama kenapa-kenapa. Tahun 2012 lalu, mama sempet kambuh (stroke) dan lama enggak sadarkan diri," ujar Sunarti.
Sunarti berharap berharap pemerintah provinsi DKI Jakarta tidak mempersulit pelayanan kesehatan bagi Korban banjir.
Puskesmas Kampung melayu enggan untuk berkomentar soal pelayanan kesehatan terhadap Tan Merry. Seorang petugas Puskesmas justru berkata, "Kalau angkat berita jangan negatif dong."
Sementara, petugas Kelurahan berupaya untuk membantu pengurusan dokumen kependudukan Tan Merry.
![]() |
Jaminan Dinas Sosial DKI
Dinas Sosial DKI akan memindahkan warga korban banjir Kampung Melayu dan sekitarnya ke hunian sementara selama banjir.
Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta Tarmijo Damanik, dalam keterangan tertulisnya meminta warga tidak perlu khawatir.
Kata dia, di setiap kelurahan yang menjadi titik rawan banjir sudah berdiri Kampung Siaga Bencana (KSB).
Dinas Sosial saat ini sudah mendirikan 80 KSB di setiap kelurahan yang menjadi rawan banjir. KSB mempercepat distribusi bantuan karena ia dekat dengan lokasi bencana.
"KSB membantu penyediaan makanan siap saji yang dikelola Dapur Umum KSB bentukan Dinas Sosial. Bahan logistiknya dari Dinas Sosial," terang Damanik.
Petugas Sosial Kesiapsiagaan Bencana (PSKB) yang terdiri dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), kata Damanik, berada di lokasi-lokasi pengungsian untuk mendampingi para korban dan memastikan kebutuhan mereka terjamin.
"Kami semua ingin tetap tertib dan kondusif," kata Damanik.
Damanik juga meminta warga korban banjir tak menduduki trotoar dan meminta sumbangan kepada para pengguna jalan. Dinas Sosial DKI Jakarta menjamin kebutuhan para korban terdistribusi dengan baik.
"Kami juga sudah sediakan tenda-tenda pengungsi atau fasilitas sosial atau fasilitas umum yang sudah ditentukan sebagai hunian sementara," kata Damanik.
Kata Damanik, sebagian warga terkadang tidak mau ditempatkan di hunian sementara itu dengan berbagai alasan. Terutama alasan mereka karena tidak mau jauh dari rumahnya.
Pihaknya mengerti dengan alasan tersebut.
"Kami pantau ada pengungsi terdiri 40 jiwa dengan tidur beralaskan terpal dan tenda milik pribadi. Mereka mengungsi dari semalam dan telah mendapatkan makan malam dari Kelurahan Kampung Melayu," ujar Damanik.
Damanik mengaku sudah mengajak persuasif pengungsi tersebut untuk pindah ke hunian sementara. Ia berharap mereka mau segera pindah dan tidak lagi tidur di sembarang tempat.
"Jika ada warga yang masih belum terbantu seperti makan, Dinas Sosial akan segera membantu. Warga bisa melaporkan melalui medsos atau CRM atau ke call center 112," ujar Damanik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar