SERAMBINEWS.COM - Cadar menjadi perbicangan dalam beberapa hari terakhir setelah UIN Kalijaga di Yogyakarta melarang mahasiswi mengenakannya di lingkungan kampus.
Banyak yang menentang kebijakan tersebut, tapi Rektor UIN Kalijaga, Yudian Wahyudi, mengatakan pihaknya melihat cadar sebagai salah satu indikasi peningkatan radikalisme.
"Mungkin soal akidah tak ada masalah. Tetapi kalau mereka melakukan ini, sudah banyak kasus di tempat-tempat lain, orang-orang yang didoktrin seperti itu akibatnya hanya akan menjadi korban dari gerakan-gerakan radikal," kata Yudian Wahyudi.
Baca: BKOW Aceh Maksimalkan Keikutsertaan Perempuan Pada Pileg 2019
Belakangan, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Waryono, menyatakan pihaknya tidak melarang penggunaan cadar.
Tapi ia menambahkan bawa pihak kampus akan membina mahasiswinya yang menggunakan cadar.
Tidak diketahui secara pasti jumlah perempuan Muslim di Indonesia yang mengenakan cadar. Penelitian yang dilakukan lembaga Alvara Research Centre menunjukkan jumlah perempuan di Jakarta yang mengenakan cadar kurang dari 2%, tapi angkanya terus meningkat.
Salah satu yang mengenakan cadar adalah Tyas Ummu Zahid, karyawati perusahaan swasta.
Bagi Tyas, keputusan untuk mengenakan cadar, boleh dikatakan berawal dari 'pengalaman spiritual' pada sekitar 2011.
Baca: BREAKING NEWS - Kejari Agara Tahan Mantan Bendahara Baitul Mal, Korupsi Dana ZIS Rp 256 Juta Lebih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar