Cerita bermula saat dirinya mengantarkan temannya pulang ke rumahnya. Kata Sudhamek, temannya itu adalah anak dari pemilik pabrik teh di Slawi. Kala itu bisnisnya terbilang mapan dan dia merupakan golongan orang kaya.
"Saya waktu itu masih naik sepeda dia sudah naik (motor) Honda, Honda yang cc-nya gede, dan memang dia kaya ukurannya waktu itu," katanya saat berbincang dengan detikFinance, pekan lalu.
"Waktu saya pergi dengan adiknya karena satu angkatan, pas pulang, kakaknya itu sudah nunggu di depan garasi 'dari mana?', yang nggak enak itu ujungnya, 'nggak usah pergi sama orang kere', wah itu benar benar menyakitkan," ungkapnya.
Merasa terluka dengan ucapan tersebut, yang saat itu masih sangat muda tak bisa menahan amarah hingga akhirnya keduanya bersitegang dan beradu fisik
"Akhirnya kami berantem fisik. Ya sudah sama laki laki lah itu. Dia kelas 2, saya kelas 1 SMA waktu itu, nggak sampai luka, sedikit memar memar," lanjutnya.
Dihina kere, dirinya pun bercerita kepada sang ibu. Tak disangka hal itu membuat ibunya menitikan airmata.
"Itu saya masih ingat, waktu ibu saya tahu nangis ibu saya. Ibu saya kan cinta betul terhadap anak-anaknya. Kalau anaknya disakitin itu lebih sakit daripada dia yang disakitin. Begitu melihat beliau nangis saya nyesal," tambahnya.
Tapi kondisi itu akhirnya membuat dia bertekad untuk membuktikan dirinya bisa menjadi sosok yang lebih baik.
"Saya itu intinya ada suatu pembawaan yang saya merasa beruntung. Saya pada saat mengalami luka batin, emosional secara terus, itu saya otomatis terus saya lawan dengan bentuk kemarahan itu saya ubah jadi energi," lanjutnya.
Semua energi negatif mulai dari kemarahan, kekecewaan, hingga rasa terhina dia ubah menjadi energi positif. Energi positif itu lah yang membuatnya terpacu untuk membuktikan siapa dia sebenarnya.
"Kemarahan, kecewa, rasa terhina, dan sebagainya itu saya ubah jadi energi untuk saya buktikan bahwa saya tidak seperti yang dibayangkan mereka lah, kira kira begitu. Nah di situ lah saya ada sifat kompetitif," jelasnya.
Tak sia-sia, setelah terbukti sukses, teman-temannya pun mengakui kesuksesannya.
"Kalau saya lihat baik itu di WhatsApp grup dengan SMP, SMA, kemudian juga kemarin ada reuni, saya bisa merasakan bagi mereka saya ini diakui sebagai salah satu teman yang berhasil, tapi karena saya tetap bersikap rendah hati terhadap mereka, sehingga mereka menerima saya dengan baik," tambahnya. (zlf/zlf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar