Rabu, 02 Mei 2018

Kisah Tragis Ratu Thailand dan 3 Raja Eropa yang Tewas karena Alasan Aneh

Liputan6.com, Jakarta - Sunandha Kumariratana adalah permaisuri atau ratu di Kerajaan Siam, cikal bakal Thailand. Ia menjadi menjadi yang pertama, dari tiga istri Raja Chulalongkorn (Rama V) -- yang dikenal sebagai pemimpin reformis, termasuk menghapuskan perbudakan di wilayah kekuasaannya.

Suatu hari di tahun 1880, sang ratu yang baru berusia 19 tahun sedang dalam perjalanan menuju istana musim panas Bang Pa-In yang letaknya di luar kota Bangkok.

Ia yang dalam kondisi hamil pergi bersama putrinya, Karnabhorn Bejraratana, yang belum genap berusia dua tahun, sejumlah pengawal, dan iring-iringan dayang.

Untuk mencapai Bang Pa-In, rombongan tersebut harus menyeberangi Sungai Chao Phraya, yang terbesar di Thailand. Permaisuri dan sang putri dikawal ke kapal khusus, yang akan ditarik perahu lain yang ukurannya lebih besar.

Malang tak bisa ditolak, kapal kerajaan terbalik usai diterjang arus kuat. Baik sang permaisuri maupun putrinya tercebur ke air. Keduanya harus berjuang sekuat tenaga agar kepala tetap berada di atas permukaan air.

Dalam kondisi panik itu, tak ada satu pun dari rombongan kerajaan yang memberikan pertolongan. Para abdi dan pengawal hanya berdiri terpaku, saat menyaksikan permaisuri beserta anaknya tenggelam.

Mereka bukannya tak mau dan tak mampu memberi pertolongan. Para pengawal dan siapapun yang ada di lokasi kejadian terhalang aturan yang berlaku turun temurun di Siam. Bahwa orang biasa dilarang keras menyentuh anggota keluarga kerajaan. Jika melanggar, itu berarti mati.

Istana musim panas milik Kerajaan Thailand di Ayuttaya, Bang Pa-In (Wikipedia/CC BY-SA 3.0)

Menurut Misfit History, seperti dikutip dari The Vintage News, Rabu (3/5/2018), selain terhalang aturan hukum, niat para pengawal dan dayang untuk memberi pertolongan terhalang mitos. Konon, siapapun yang membantu orang yang tenggelam di sungai akan menghadapi nasib buruk. Ikut campur berarti menentang roh yang hidup di air.

"Para staf hanya bisa mengulurkan tongkat dan melempar buah kelapa sebagai pelampung. Namun ratu yang tak bisa berenang tak kuasa meraihnya," demikian dikutip dari situs Ayutthaya Biking Adventure.

Tiga nyawa melayang sekaligus, Ratu Sunandha Kumariratana, putrinya, dan anak yang sedang dikandungnya.

Saat mengetahui insiden tersebut, Raja Chulalongkorn marah besar. Ia pun memerintahkan perwira, yang tak memberikan perintah untuk menolong istri dan anaknya, dipenjara.

Kematian sang permaisuri menjadi duka mendalam bagi raja. Sebab, Sunandha Kumariratana adalah istri yang paling ia sayang.

Upacara pemakaman besar-besaran, dan paling mahal dalam sejarah kerajaan, digelar. Raja juga menitahkan agar istana musim panas, yang akan dikunjungi mendiang ratu pada hari kematiannya, dirampungkan pembangunannya.

Di halaman belakang istana itu, ia mendirikan monumen peringatan untuk Ratu Thailand Sunandha Kumariratana dan anak-anaknya -- sekaligus menjadi pengingat pada kondisi luar biasa lagi aneh, yang mengakhiri hidup mereka terlalu cepat.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Rangkaian upacara kremasi mendiang Raja Bhumibol dihadiri ribuang warga Thailand.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search