Rabu, 13 Juni 2018

Inilah Kisah Dentuman Meriam yang Mendebarkan di Tepian Bandar Sungai Jantan

Laporan wartawan Tribunsiak.com, Mayonal Putra

TRIBUNSIAK.COM, SIAK - Lentam -lentum tembakan meriam di tepian bandar sungai jantan, Selasa (12/6/2018) malam membuat perasaan sangat mendebarkan.

Apalagi meriam itu mengarah ke seberang, tempat benteng Belanda masih berdiri.

Namun meriam itu bukanlah yang bermesiu api. Itu meriam bambu, yang difestivalkan oleh Dinas Pariwisata dan Ekraf Siak di tepian sungai Siak, depan istana Siak. Festival ini merupakan festival tahun II, setelah puluhan meriam bambu beradu bunyi pada Ramadan 2017 lalu.

Baca: Alasan Sesungguhnya Lopetegui Dipecat Timnas Spanyol, Sang Pelatih Telah Langgar Nilai Etik!

Dentuman yang silih berganti terus menggema di tepian itu sampai tengah malam. Bahan bakar masing-masing meriam bambu hanyalah seliter dua liter minyak tanah. Sedangkan penontonnya ramainya bukan alang -kepalang.

Kadang tawa penonton pecah kala yang menembakkan meriam tidak berhasil berdentum. Pusshhhh.... seperti bunyi angin, lalu asap membulat memenuhi ujung meriam. Itu tandanya, para pelomba harus meniup lubang tembakannya agar asap yang memenuhi ruang tembak cepat dihalau.

Baca: Warung Koffie Batavia Sediakan Menu Lontong Opor Ayam Saat Lebaran

"Tidak terus menerus berdentum keras. Kadang nyaring, kadang kepeleset kek kambing kecekek. Kadang malah bunyi angin saja yang keluar. Di sanalah para peserta festival harus mahir," celoteh Azar, warga Siak yang sehari-hari berjualan di sekitar lokasi kepada Tribun.

Pria 50 tahun itu seakan kembali kepada masa remajanya. Di mana meriam bambu diletuskan oleh anak laki-laki setiap malam Ramadan. Bambu dicari sendiri, dan meriam dibuat sendiri.

Baca: Satgas Berhasil Padamkan Kebakaran Lahan di Dumai dan Rohil

"Tidak ada festival-festival, dentuman meriam kami dulu sangat keras dan tidak ada apa-apanya dibanding acara ini," tambah dia.

Zaman dulu, dia belum berhenti bicara, main meriam bambu bukan karena festival. Tetapi tradisi yang turun temurun sejak zaman nenek moyang. Sempat dilarang beberapa tahun sebelumnya, tetapi kini dibangkitkan kembali.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search